Prestasi Jokowi di Bidang Inflasi Tercoreng Beras dan Telur
Jakarta, CNBC Indonesia - Beras dan telur ayam ras menjadi salah satu kontributor besar inflasi pada 2022. Munculnya beras dan telur sebagai penyumbang besar inflasi terbilang mengejutkan mengingat ke kedua komoditas tersebut jarang menjadi penyumbang besar inflasi tahunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan inflasi Desember menyentuh 0,66% (month to month/mtm), tertinggi sejak April 2022 (0,95%). Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi menembus 5,51%.
Dalam tahun fiskal Indonesia, inflasi Desember (yoy) juga merupakan inflasi satu tahun penuh. Dengan demikian, inflasi pada 2022 tercatat 5,51% atau tertinggi sejak 2014 atau tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo, atau Jokowi.
Pada 2014, inflasi tercatat 8,36%. Dengan demikian, inflasi pada 2022 menjadi yang tertinggi kedua di era Jokowi.
Tingginya inflasi pada 2022 juga seperti anomali di era Jokowi, Pasalnya, inflasi pada periode kepemimpinan Jokowi terbilang rendah. Pada 2015, inflasi tercatat 3,15% sementara pada 2016 tercatat 3,02% dan pada 2017 tercatat 3,61%.
Pada 2018, inflasi tercatat 3,13% sementara pada 2019 tercatat 2,72%, pada 2020 tercatat 1,68% dan pada 2021 tercatat 1,87%.
Data BPS menunjukkan tujuh komoditas penyumbang inflasi terbesar tahunan (yoy) pada 2022 adalah bensin dengan andil/sumbangan inflasi sebesar 1,15% disusul kemudian dengan bahan bakar rumah tangga (0,30%).
Berikutnya terdapat tarif angkutan udara (0,27%), beras (0,19%), rokok kretek filter (0,16%), telur ayam ras (0,13%, dan kontrak rumah (0,12%).
Sumbangan besar inflasi dari bensin, bahan bakar rumah tangga, dan tarif sudah diperkirakan. Pasalnya, pemerintah menaikkan harga BBM pada awal September dan harga gas pada Jul 2022. Lonjakan harga energi juga membuat maskapai mau tidak mau menaikkan tiket pesawat.
Namun, inflasi beras pada tahun ini terbilang mengejutkan. Sepanjang 2018-2021, hanya sekali beras masuk dalam 10 penyumbang inflasi tahunan yakni pada 2018.
Pada tahun tersebut, harga beras menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua setelah bensin. Lonjakan inflasi beras pada 2018 disebabkan adanya gangguan cuaca ekstrem.
Secara bulanan, beras juga selalu menyumbang inflasi yakni sebesar 0,54% pada Agustus, 1,44% pada September, 1,13% pada Oktober, 0,37% pada November, dan 0,07% pada Desember.
(mae/mae)