Bandara Tetangga RI Lumpuh, Ratusan Penerbangan Terdampak
Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas penerbangan Filipina menutup wilayah udara Manila pada malam Tahun Baru, Sabtu, (31/12/2022) seiring dengan pemadaman listrik yang terjadi di negara tersebut.
Hal ini berdampak pada penerbangan di bandara milik kota itu, Bandara Ninoy Aquino. Pasalnya, pemadaman itu telah memicu gangguan pada sistem kontrol lalu lintas udara pusat.
Hal ini, menurutnya, juga memengaruhi operasi di bandara lainnya di negara itu.
"Ini adalah masalah dengan sistem manajemen lalu lintas udara. Untuk satu hal, jika Anda membandingkan kami dengan Singapura, ada perbedaan besar, mereka setidaknya 10 tahun di depan kami," ujarnya dikutip Reuters.
Pada Senin, Bandara Ninoy Aquino sendiri belum beroperasi dengan optimal. Manajer umum bandara itu, Cesar Chiong, menyebut saat ini pihaknya hanya mampu menangani 15 kedatangan per jam dibanding sebelumnya yang bisa mencapai 20.
"Akan memakan waktu sekitar 72 jam atau lebih bagi maskapai untuk menormalkan operasi mereka," kata Chiong kepada saluran berita ANC.
Ada 361 penerbangan yang ditunda, dibatalkan, atau dialihkan ke bandara regional lainnya pada Minggu. Ini memengaruhi sekitar 65.000 penumpang, sementara banyak penerbangan lain terpaksa mengubah rute untuk menghindari wilayah udara Filipina.
Maskapai penerbangan yang bermarkas di bandara itu, Philippine Airlines, mengatakan sedang mengatur penerbangan pemulihan dari Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia dan mengalihkan beberapa penerbangan ke bandara domestik.
Setali tiga uang, maskapai berbiaya rendah Cebu Pacific membatalkan 54 penerbangan domestik pada hari Senin.
Chiong mengatakan bandara itu telah memperkenalkan sistem tenaganya sendiri pada tahun 2018. Tapi pada hari Minggu, sistem utama dan cadangan gagal.
"Ketika mereka terhubung langsung ke listrik komersial biasa, mereka mengalami kelebihan tegangan dan lonjakan listrik, membuat peralatan gagal beroperasi, termasuk radar, komunikasi, radio dan internet," tambahnya.
Bandara Ninoy Aquino sebelumnya menempati peringkat di antara gerbang internasional terburuk di dunia. Bandara ini sering mengalami penundaan penerbangan yang memengaruhi pada peningkatan penumpang yang ditinggalkan karena transit yang terganggu.
Filipina sedang berusaha untuk mengurangi tekanan di bandara itu dengan membangun bandara bernilai miliaran dolar di provinsi sekitar Manila, termasuk Cavite dan juga di Bulacan, yang akan mulai beroperasi pada 2027.
(luc/luc)