Simak! 5 Ramalan Ahli Soal Nasib Ekonomi Indonesia 2023

Anisa Sopiah & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
03 January 2023 06:54
Ekonomi Asia
Foto: ist

3. LPEM FEB UI

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan masih akn mencapai 5% secara tahunan.

Proyeksi tersebut berdasarkan masih tingginya ketidakpastian global. Sehingga akann mendisrupsi volume perdagangan internasional.

"Terutama China yang merupakan partner dagang utama Indonesia," jelas Riefky kepada CNBC Indonesia.

Dicabutnya aturan PPKM di Indonesia, meskipun akan mendorong peningkatan ekonomi domestik, namun kenyataannya hanya sedikit menolong ekonomi Indonesia dari gejolak ekonomi global.

4. Institute for Development of Economics and Finance (Indef)

Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan mencapai 4,8% secara tahunan.

Proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun 2023 tersebut, melambat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 yang diperkirakan akan mencapai 5%.

"Dicabutnya PPKM tidak banyak berdampak karena hampir sama dengan kondisi sekarang PPKM Level 1, bisnis juga sudah boleh dibuka 100%," jelas Eko kepada CNBC Indonesia.

Demikian juga adanya penerbitan Perppu 2 Tahun 2022 tentang Perubahan terhadap Undang-Undang Cipta Kerja, dinilai tidak akan segera mendongkrak investasi.

"Alasannya karena global sedang lesu, minat investasi ke sektor rill melambat," jelas Eko.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menambahkan, tanpa adanya Perppu tersebut, bahkan juga selama UU Cipta Kerja ditetapkan inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi (MK), penanaman modal atau aliran investasi masih masuk ke Indonesia.

Pada periode Januari-September 2022, investasi Indonesia tercatat sudah mencapai Rp 892,4 triliun atau 74,4% dari target yang ditetapkan Presiden Jokowi yang sebesar Rp 1.200 triliun.

"Undang-undangnya masih ditahan MK, toh investasi masuk kencang," kata Tauhid saat dihubungi Jumat (30/12/2022).

5. Center of Economic and Law Studies (Celios)

Direktur Celios Bhima Yudhistira menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diperkiakan akan mencapai 4,3% hingga 4,7% (yoy).

Perkiraan ekonomi Indonesia yang berada pada kisaran hingga 4,7% tersebut melambat dari outlook pertumbuhan ekonom Indonesia di tahun ini, yang diperkirakan mencapai 5%.

Faktor melambatnya ekonomi di tanah pada tahun ini, karena adanya resesi global yang berdampak terhadap kinerja ekspor dan investasi. Sementara konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama.

"Tapi perlu diwaspadai tekanan inflasi dan suku bunga berdampak ke daya beli kelompok menengah ke bawah," jelas Bhima.

Tantangan konsumsi rumah tangga pasca pencabutan kebijakan PPKM, menurut Bhima adalah tingkat inflasi yang masih di atas 5%.

Tahun politik, kata Bhima cenderung ditanggapi oleh kelompok 20% teratas dengan wait and see, atau menahan keputusan investasi yang berisiko.

Adapun mengenai terbitnya Perppu 2 Tahun 2022, Bhima menilai justru bertolak belakang dengan asumsi makro ekonomi APBN 2023, di mana pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,3%.

"Kalau ekonomi masih tumbuh positif, kenapa pemerintah menerbitkan Perpu?," ujarnya.

Kehadiran Perppu 2/2022 tersebut, menurut Bhima justru menciptakan ketidakpastian kebijakan. Masalah utama dalam daya saing salah satunya tingkat ketidakpastian kebijakan cukup tinggi, investor bisa ragu kalau aturan berubah-ubah.

Padahal investor perlu kepastian regulasi jangka panjang. Idealnya pada saat pembuatan produk regulasi apalagi undang-undang, harus disiapkan secara matang. "Kalau terburu buru ya jadi masalah," ujarnya.

Lagipula, kata Bhima, tidak ada jaminan pasca Perpu 2/2022 terbit, investasi bisa meningkat. Karena sejauh ini banyak aturan turunan cipta kerja sudah berjalan, tapi jumlah investasi yang mangkrak masih tinggi.

(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular