Ramai Negara Perketat Pintu Masuk ke Pelancong asal China
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara memperketat pintu masuknya bagi warga yang datang dari China. Hal ini seiring pelonggaran Covid-19 di Tirai Bambu dan melonjaknya kasus.
Pemerintah Jepang mulai Jumat (30/12/2022) ini telah mewajibkan seluruh pelancong dari China untuk menjalani tes Covid-19 saat tiba di negara itu. Mereka yang dites positif harus dikarantina hingga tujuh hari.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, juga menegaskan akan membatasi penerbangan yang menghubungkan antara Negeri Sakura dan China. "Ada kekhawatiran yang berkembang di Jepang. Kami telah memutuskan untuk mengambil tindakan khusus sementara untuk menanggapi situasi tersebut," kata Kishida dalam konferensi persnya Selasa lalu dikutip Guardians.
Taiwan juga mengatakan orang-orang yang tiba dari China harus menjalani tes Covid pada saat kedatangan dari 1 Januari hingga 31 Januari. Mereka yang dinyatakan positif akan dapat mengisolasi diri di rumah
India pun menerapkan kewajiban sama, di mana penumpang asal China harus menunjukkan tes Covid negatif sebelum tiba. Malaysia juga telah menerapkan langkah-langkah pelacakan dan pengawasan tambahan bagi penumpang asal Negeri Xi Jinping.
Tak hanya di Asia, Amerika Serikat (AS) juga mengambil langkah serupa mulai 5 Januari mendatang untuk pelancong dari China, Hong Kong, dan Macau. Washington juga menyebut bahwa Beijing tidak cukup transparan dalam merilis data terkait perkembangan kasus Covid-19 di wilayahnya.
"Ini diperlukan untuk membantu memperlambat penyebaran virus saat kami berupaya mengidentifikasi potensi varian baru yang mungkin muncul," tulis keterangan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS yang diberitakan BBC News.
Di Eropa, Italia juga telah memberlakukan pengujian Covid wajib pada pelancong dari China. Penerbangan yang tiba di Milan minggu ini sudah mulai menguji penumpang dari Negeri Panda karena pihak berwenang menemukan 52% penumpang terinfeksi Covid pada satu penerbangan yang mendarat pada 26 Desember lalu.
"Tes awal terhadap pelancong positif Covid yang datang dari China menunjukkan bahwa 15 diantaranya memiliki varian Omicron yang sudah ada di Italia," kata Perdana Menteri Giorgia Meloni.
Reaksi Beijing
Langkah ini sendiri mengundang reaksi Beijing. Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada hari Rabu bahwa saat ini perkembangan situasi epidemi di negara itu secara keseluruhan dapat diprediksi dan terkendali.
Lembaga diplomat resmi itu juga menyatakan aturan terkait virus corona hanya boleh diberlakukan atas dasar ilmiah. "Media dan negara-negara Barat membesar-besarkan situasi tersebut (Covid China)," ujar kementerian itu.
Dari masyarakat, beberapa warga bereaksi dengan marah di media sosial China. Ada yang menyatakan bahwa ini merupakan bentuk diskriminasi dan rasisme.
"Saya pikir semua negara asing telah terbuka. Bukankah ini rasisme?," tulis satu komentar yang disukai 3.000 kali di akun media sosial China, Weibo.
Sebelumnya, Beijing mengumumkan mengakhiri karantina untuk kedatangan per 8 Januari mendatang. Ini secara efektif membuka kembali perjalanan masuk dan keluar negara untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.
Saat ini, China melaporkan sekitar 5.000 kasus per hari. Walau begitu, analis mengatakan jumlah tersebut sangat kurang dihitung dan beban kasus harian mungkin mendekati satu juta.
(sef/sef)