Big Stories 2022

Awas! Ini Deretan Bencana Akibat Cuaca Ekstrem Sepanjang 2022

Chandra, CNBC Indonesia
30 December 2022 07:10
INFOGRAFIS, Waspada Cuaca Ekstrem RI
Foto: Infografis/ Cuaca Ekstrem/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia - Cuaca ekstrem tengah melanda Indonesia jelang pergantian tahun, dan berpotensi melanda hingga awal Januari 2023.

Sebelumnya pada Kamis (28/12/2022) lalu, Peneliti Klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin memprediksi akan ada 'badai' yang melanda Jabodetabek. Ada potensi banjir besar yang juga melanda Jabodetabek.

Bahkan, prediksi dari BRIN ini sempat viral karena prediksinya berbeda dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang menerangkan bahwa pada 28 Desember lalu, tidak ada potensi 'badai', sebagaimana yang dijelaskan oleh penelitian BRIN.

BMKG sebelumnya juga sudah merilis keterangan tentang adanya potensi cuaca ekstrem di sebagian wilayah Indonesia pada 28-30 Desember 2022. Cuaca ekstrem itu berpeluang menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi berupa banjir, genangan, dan tanah longsor.

Berdasarkan prakiraan berbasis dampak Impact-Based Forecast (IBF), daerah yang ditetapkan berstatus 'SIAGA' pada periode tanggal tersebut yaitu sebagian Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT.

"Wilayah tersebut diperkirakan dapat mengalami hujan lebat yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Rabu (28/12/2022).

Dampak yang terjadi antara lain volume air sungai yang meningkat drastis, sehingga dapat mengakibatkan potensi banjir atau banjir bandang.

Selain itu, besar kemungkinan hujan lebat tersebut mengakibatkan potensi tanah longsor, guguran bebatuan, atau erosi tanah, terutama di daerah-daerah dataran tinggi dan lereng-lereng perbukitan dan gunung.

Indonesia sudah berulangkali menghadapi bencana tersebut, di mana pada 2022, setidaknya ada 2.131 kejadian bencana yang terdiri dari banjir dan tanah longsor.

Berikut deretan bencana hidrometeorologi yang terjadi di Indonesia pada tahun 2022.

1. Banjir dan Longsor Jayapura (Januari 2022)

Pada awal tahun 2022, tepatnya 6 Januari lalu, Kota Jayapura, Papua dilanda hujan deras. Akibatnya, sejumlah kawasan dilaporkan terendam banjir, ditambah beberapa wilayah juga mengalami longsor.

Hal tersebut dibenarkan Wali Kota Jayapura saat itu, yakni Benhur Tomi Mano yang mengakui adanya sejumlah kawasan yang mengalami longsor dan banjir.

Dari laporan awal terjadi longsor di Kloofkamp menyebabkan beberapa warga tertimbun. Seorang di antaranya belum dievakuasi, banjir di sekitar Youtefa dan pemukiman di Organda.

Sementara itu Kapolsek Jayapura Utara saat itu, AKP Yahya Rumra secara terpisah mengaku, sejak Jumat dini hari pukul 03.00 WIT, ada laporan sejumlah wilayah mengalami longsor dan ada warga yang tertimbun.

Dampak banjir Jayapura ini menyebabkan ketinggian air mencapai 1,5-3 meter dengan korban jiwa mencapai tujuh orang, dua orang luka-luka, dan 1.000 warga mengungsi.

2. Tanah Longsor Cijeruk, Bogor (Mei 2022)

Pada 21 Mei 2022, bencana tanah longsor terjadi di Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peristiwa yang tiba-tiba ini mengakibatkan empat orang terimbun material longsor dan ditemukan meninggal dunia.

"Adapun kerugian materil akibat peristiwa itu adalah dua unit rumah milik korban dan tetangganya mengalami rusak berat," ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan resmi, Minggu (22/5/2022).

Menyikapi hal tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada seluruh komponen pemangku kebijakan di daerah dan masyarakat agar dapat mengantisipasi adanya potensi bencana susulan yang dapat dipicu oleh faktor cuaca.

3. Banjir Ciliwung (Juni 2022)

Sejumlah RT di beberapa wilayah di Jakarta terendam banjir akibat volume air Kali Ciliwung meluap pada Selasa, 7 Juni lalu.

Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Muhammad Insyaf mengatakan sampai pukul 09.00 WIB, 27 RT di Jakarta kebanjiran.

"Informasi genangan dari sebelumnya ada 27 RT atau 0,089 persen dari 30.470 RT yang ada di DKI Jakarta," ujar Insyaf.

Ketinggian air di 27 RT yang kebanjiran beragam. Namun, air yang meluap seluruhnya adalah 40 sentimeter lebih.

Rinciannya dari 27 RT, sebanyak delapan RT berada di Jakarta Selatan. Sementara 19 lainnya berlokasi di Jakarta Timur.

4. Banjir Bandang Parigi Moutong, Sulteng (Juli 2022)

Pada 28 Juli 2022, banjir melanda empat wilayah di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Ketinggian banjir berkisar antara 30 hingga 90 sentimeter

Dilansir dari BNPB, banjir merendam 450 unit rumah, 11 diantaranya mengalami rusak berat dan 450 KK /1.800 jiwa terdampak. Selain itu dilaporkan tiga orang meninggal dunia dan empat orang dinyatakan hilang akibat banjir tersebut.

5. Banjir Bandang Aceh Utara (Oktober 2022)

Banjir di Aceh Utara terjadi sejak 4 Oktober 2022. Dari mulanya 2 kecamatan, banjir terus meluas hingga merambah puluhan desa di 15 kecamatan per 10 Oktober 2022, yakni Pirak timu, Matang Kuli, Cot Girek, Lhoksukon, Tanah Luas, Samudera, Nisam, Paya Bakong, Muara Batu, Geuredong Pase, Langkahan, Dewantara, Sawang, Banda Baro dan Kuta Makmur.

Setidaknya ada sekitar 52.000 jiwa terdampak dans sedikitnya 39.000 warga mengungsi dan seorang warga meninggal dunia.

6. Banjir DKI Jakarta (Oktober 2022)

Hujan deras memicu banjir parah di Jakarta, terutama di Jakarta Selatan pada 7 Oktober lalu. Bahkan, banjir ini sempat melumpuhkan kawasan TB Simatupang, tepatnya di depan gedung Sovereign Plaza, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.

Tak hanya itu saja, banjir ini juga mengakibatkan adanya tragedi memilukan, di mana Tembok sekolah MTsN 19 Pondok Labu, Jakarta Selatan runtuh hingga menewaskan tiga orang siswanya.

Sejumlah siswa sekolah yang tengah bermain hujan di area MTsN Jakarta mendadak panik saat tiba-tiba tembok sekolah runtuh dan jebol seketika.

Dari keterangan setempat, tembok yang roboh itu diketahui merupakan panggung sekolah. Korban tewas adalah siswa kelas VIII, mereka tertimpa reruntuhan tembok. Insiden nahas itu pun sempat viral di media sosial.

7. Banjir Bandang Malang (Oktober 2022)

Pada Oktober lalu, banjir bandang menerjang Kabupaten Malang, tepatnya di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan.

Terdapat pula sejumlah titik lokasi yang terendam banjir akibat hujan lebat dengan intensitas tinggi yang menerjang sejumlah wilayah di Malang sejak Minggu, 16 Oktober 2022.

Banjir bandang tersebut juga menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Malang, seperti di Desa Sumbermanjing Kulon dan Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo

Banjir bandang tersebut berdampak pada ribuan korban. Kepala Palang Merah Indonesia (PMI) Sumbermanjing Wetan, Yusak Krismanto mengatakan 1.483 jiwa diperkirakan terdampak banjir bandang. Dari jumlah itu tidak satupun mengungsi kecuali warga yang tinggal di Dusun Rowo Terate yang jumlahnya mencapai 265 KK.

"Jumlah terdampak 1.483 jiwa yang tersebar di empat dusun yakni Dusun Krajan Kulon, Krajan Tengah, Krajan Wetan, dan Dusun Rowo Terate," kata Yusak ditemui di Balai Pamitran Sitiarjo sekaligus menjadi posko penanganan banjir, dikutip dari detik.com, Senin (17/10/2022).

Menurut Yusak, jumlah 1.483 korban terdampak banjir bandang ini mengacu pada jumlah warga saat banjir bandang. Yusak juga memastikan tak satupun warga mengungsi akibat banjir yang menerjang pemukiman mereka.

8. Banjir Bandang Jembrana, Bali (Oktober 2022)

Banjir di Bali melanda 230 titik di 6 kabupaten dan memakan 6 korban jiwa, di mana beberapa di antaranya terseret arus, dengan kerugian ditaksir lebih dari Rp 6,6 miliar.

Berdasarkan data dari BPBD Bali, kabupaten terdampak banjir meliputi Kabupaten Karangasem, Jembrana, Tabanan, Bangli, Gianyar, dan Badung.

Khusus di Kabupaten Jembrana, bencana banjir mengakibatkan 45 rumah rusak dan berdampak pada 117 kepala keluarga (KK) di Lingkungan Biluk Poh, Desa Penyabangan, Kecamatan Mendoyo. Banjir juga sempat memutus akses utama jalur Gilimanuk-Denpasar.

Terlepas dari perdebatan prediksi cuaca ekstrem dari BRIN dan BMKG, banyak pengamat yang sudah memprediksi bahwa dampak dari perubahan iklim sudah dirasakan cukup lama di masyarakat seluruh dunia.

Indonesia sedang menghadapi ancaman cuaca ekstrem yang bisa bisa menimbulkan berbagai bencana, dari longsor sampai banjir. Kondisi ini adalah salah satu dampak dari krisis perubahan iklim, yang menurut ilmuwan, saat ini sudah ada di momen paling suram.

Salah satunya yakni Johan Rockström, ilmuwan ternama asal Swedia, mengatakan bumi tengah menghadapi perubahan ekstrem dalam waktu yang singkat.

Untuk itu Rockström mengatakan sangat penting bagi manusia untuk sensitif terhadap berbagai kabar tentang kondisi iklim.

"Makin dalam kita jatuh ke dalam jurang risiko yang gelap, semakin kita harus berusaha untuk keluar dari lubang itu. Bukannya kita tidak tahu apa yang harus dilakukan - tapi kita tidak melakukan apa yang perlu," ujarnya dikutip dari unggahan Instagram The Guardian, Selasa (1/11/2022).

Dampak perubahan iklim memang makin lama makin meluas dan berdampak besar. Tidak hanya di Indonesia, berbagai berita dari seluruh belahan dunia sepanjang 2022 menunjukkan Bumi sedang dalam bahaya akibat perubahan iklim. Adapun perubahan iklim juga disebabkan karena pemanasan global yang sudah cukup sulit untuk dikendalikan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan mengatakan sudah tidak ada lagi cara yang bisa membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius. Menurut badan lingkungan PBB, satu-satunya cara untuk membatasi dampak terburuk dari krisis iklim adalah transformasi besar-besaran.

Hanya karena kenaikan suhu global 1 derajat Celcius yang terjadi sepanjang tahun 2022, bencana iklim sudah terjadi di seluruh dunia, mulai dari Australia hingga Venezuela.

Di lain sisi, Tingkat ketiga gas rumah kaca di atmosfer telah mencapai rekor tertinggi. Para Ilmuwan telah memperingatkan dunia sedang menuju ke arah yang melenceng, yaitu tingkat atmosfer dinitrogen oksida, karbon dioksida dan metana melonjak.

Namun, laju kenaikan emisi karbon global dari energi berpotensi mencapai puncaknya pada tahun 2025 jika pemerintah di seluruh dunia meneruskan kebijakan peralihan ke bahan bakar bersih, yang kini dilakukan untuk merespons dampak invasi Rusia ke Ukraina ke pasokan bahan bakar fosil.

Menurut analisis oleh Badan Energi Internasional, ini berarti, emisi bahan bakar fosil akan berhenti meningkat.

Bahkan nanti di tahun 2050, hampir semua anak di Bumi akan lebih sering menghadapi gelombang panas. Laporan Unicef baru saja menemukan bahwa dalam skenario kasus, dua miliar anak akan menghadapi 4-5 peristiwa panas berbahaya setiap tahun.

Terlepas dari mulai ekstremnya perubahan iklim akibat pemanasan global yang semakin tak terkendali. Hingga saat ini, bencana akibat cuaca ekstrim di RI memang semakin mengkhawatirkan.

Apalagi sekarang, tak sedikit daerah dataran yang cukup tinggi di Indonesia juga sudah mulai terkena banjir akibat intensitas hujan yang semakin tinggi, dibarengi dengan pembukaan lahan di kawasan lereng maupun dataran yang lebih tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular