
'Horor' Covid China, Lusinan Mobil Jenazah Antre

Jakarta, CNBC Indonesia - Covid-19 China dilaporkan makin parah. Sejumlah media Barat menulis, bagaimana lusinan mobil jenazah mengantre di krematorium Beijing, Rabu (21/12/2022).
Ini bahkan terjadi ketika pemerintah Xi Jinping melaporkan tak ada kematian baru akibat Covid-19. Padahal dilaporkan kasus terus meningkat.
Mengutip sanksi Reuters, krematorium di distrik Tongzhou Beijing melihat 40 mobil jenazah mengantre masuk. Terlihat sejumlah petugas menggunakan hazmat.
Ada pula sekitar 20 peti mati di dalam menunggu kremasi. Asap mengepul dari lima dari 15 tungku.
Komisi Kesehatan Nasional menegaskan hanya orang yang kematiannya disebabkan oleh pneumonia dan gagal napas setelah tertular corona yang diklasifikasikan sebagai kematian akibat Covid-19. Penggunaan definisi ini diyakini berimbas pada klaim tak ada laporan kematian baru.
Menurut asisten profesor patologi di Universitas Johns Hopkins, Benjamin Mazer, klasifikasi definisi itu akan membuat banyak kasus tak tercatat. terutama karena orang yang divaksinasi, memang cenderung meninggal karena pneumonia.
"Tidak masuk akal untuk menerapkan pola pikir Maret 2020 semacam ini di mana hanya pneumonia Covid-19 yang dapat membunuh Anda," ujarnya.
"Padahal kita tahu bahwa di era pasca-vaksin, ada berbagai macam komplikasi medis," tegasnya.
Sementara itu, jumlah kematian mungkin meningkat tajam dalam waktu dekat. Media korona pemerintah Global Times mengutip pakar pernapasan terkemuka China yang memprediksi akan ada lonjakan kasus parah di Beijing selama beberapa minggu mendatang.
"Kita harus bertindak cepat dan menyiapkan klinik demam, sumber daya pengobatan darurat dan parah," kata pakar pernapasan dari Rumah Sakit (RS) Universitas Peking, Wang Guangfa, kepada surat kabar itu.
Wang memperkirakan gelombang Covid-19 akan memuncak pada akhir Januari. Namun, ia yakin kemungkinan kehidupan akan kembali normal pada akhir Februari atau awal Maret.
"Jenazah Berkali-kali Lebih Banyak"
Hal sama sebenarnya juga dilaporkan AFP. Media Prancis itu menyebut bagaimana krematorium di seluruh negeri berusaha keras untuk menangani masuknya jenazah saat negara itu.
Sumbernya mengatakan dari timur laut negara itu ke barat daya, pekerja krematorium mengatakan mereka berjuang untuk mengimbangi lonjakan kematian. Wilayah Chongqing salah satunya, di mana seorang pekerja mengatakan bahwa krematorium mereka kehabisan ruang untuk menyimpan jenazah.
"Jumlah jenazah yang diangkat dalam beberapa hari terakhir ini berkali-kali lebih banyak dari sebelumnya," kata seorang staf yang tidak disebutkan namanya.
"Kami sangat sibuk, tidak ada lagi ruang penyimpanan dingin untuk jenazah," tambah mereka namun tak mau meyakinkan ini kasus Covid-19.
Hal sama juga terlihat di Guangzhou. Di distrik Zengcheng dilaporkan bagaimana petugas mengkremasikan lebih dari 30 jenazah.
"Kami memiliki badan yang ditugaskan kepada kami dari distrik lain. Tidak ada pilihan lain," kata karyawan itu.
Di Shenyang situasi juga serupa. Bisnis layanan pemakaman mengatakan jenazah dibiarkan tidak terkubur hingga lima hari karena krematorium "benar-benar penuh sesak".
Komentar AS dan Ekonomi China
Amerika Serikat (AS) sendiri mengomentari yang terjadi di China. Departemen Luar Negeri mengatakan lonjakan itu sekarang menjadi perhatian internasional.
"Kami tahu bahwa kapan saja virus itu menyebar, berada di alam liar, memiliki potensi untuk bermutasi dan menimbulkan ancaman bagi orang di mana pun," kata juru bicara Ned Price.
"Korban virus menjadi perhatian seluruh dunia mengingat ukuran PDB China, mengingat ukuran ekonomi China," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hot News: Masa Tergelap China Hingga Gejala Awal Covid Baru