Sri Mulyani Mulai Was-was, Ekonomi RI Mulai Agak 'Meriang'

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
20 December 2022 14:21
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam  Konferensi Pers APBN KITA Desember 2022. (Tangkapan Layar Youtube KemenkeuRI)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Desember 2022. (Tangkapan Layar Youtube KemenkeuRI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja ekspor Indonesia diklaim cukup baik. Surplus neraca perdagangan selama 31 bulan berturut-turut memperkuat kondisi eksternal Tanah Air. Namun, pemerintah mulai membaca adanya gejala penurunan ekspor di akhir tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan bahwa ekspor Indonesia mencapai US$ 24 miliar hingga November 2022. Pertumbuhannya tercatat sebesar 5,6% (year-on-year/yoy). Bahkan, secara tahun kalender (year to date/ytd), pertumbuhannya mencapai 28,2%.

"Ini merupakan level yang tetap tinggi. Yang harus diwaspadai pergerakan month to month (mtm), Oktober ke November sudah mulai ada indikasi penurunan dari growth ekspor kita, yaitu, 2,5%" ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi November 2022, Selasa (20/12/2022).

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Desember 2022. (Tangkapan Layar Youtube KemenkeuRI)Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Desember 2022. (Tangkapan Layar Youtube KemenkeuRI)
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Desember 2022. (Tangkapan Layar Youtube KemenkeuRI)

Dia mengungkapkan kondisi global yang tengah fokus melawan inflasi, ditandai dengan kenaikan suku bunga acuan, akan menimbulkan pelemahan kinerja ekonomi dari negara destinasi ekspor Indonesia. Alhasil, Sri Mulyani meminta semua pihak mewaspadai hal ini.

Adapun, ekspor Indonesia sepanjang tahun ini masih ditopang oleh ekspor non-migas, seperti sawit dan batu bara. Sementara itu, dari sektor manufaktur, logamm dasar dan kendaraan bermotor mendominasi ekspor.

Dari sisi impor, Sri Mulyani mengungkapkan nilainya sepanjang tahun hingga November 2022 telah mencapai US$ 18,56 miliar (yoy). Nilai ini mengalami kontraksi 1,9% secara tahunan. Namun, secara tahun kalender, pertumbuhannya mencapai 24,5%.

Jelang akhir tahun, dia melihat impor migas mulai menurun seiring dengan berkurangnya impor BBM, solar dan gas alam.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor Anjlok Parah, Sri Mulyani Ungkap Biang Keroknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular