Good bye Sawit, Freeport Kini Jadi Penyelamat Kantong Negara
Jakarta, CNBC Indonesia - Melandainya harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) membuat Indonesia tidak bisa menggantungkan penerimaan Bea Keluar (BK) dari komoditas tersebut. Penerimaan BK terbesar kini justru disumbang oleh komoditas tembaga dengan PT Freeport Indonesia sebagai kontributor utama.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, penerimaan BK pada November sebesar Rp 868,3 miliar atau tumbuh 11% dibandingkan Oktober.
Sebagai catatan, penerimaan BK pada Oktober 2022 adalah yang terendah pada tahun ini dan tidak sampai menyentuh angka Rp 1 triliun sepanjang 2022.
Kendati membaik, penerimaan BK pada November masih jauh dibandingkan rata-rata bulanannya yakni Rp 3,78 triliun.
Penerimaan BK terbesar pada November disumbang komoditas mineral dengan nilai menembus Rp 0,48 triliun, termasuk dari tembaga dan bauksit. Nilai tersebut naik 9% dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas mineral berkontribusi sebesar 55% dari total penerimaan BK.
Artinya, BK mineral sudah menjadi penopang utama dari penerimaan BK selama dua bulan beruntun. Pada Oktober, penerimaan BK kelompok mineral mencapai Rp 0,44 triliun atau 59% dari total penerimaan BK.
Kondisi ini terbilang di luar kebiasaan mengingat BK dari CPO dan produk turunannya biasanya menopang hampir 60-90% dari penerimaan BK.
Penerimaan terbesar BK mineral datang dari tembaga yakni Rp 0,45 triliun atau hampir 94% dari total. PT Freeport Indonesia menyumbang penerimaan BK sebesar Rp 0,32 miliar pada November 2022. Nilai tersebut setara dengan 37% dari total penerimaan BK pada November.
Secara keseluruhan, Freeport sudah menyumbang penerimaan BK senilai Rp 4,45 triliun pada Januari-November 2022. Nilai tersebut setara dengan 11,5% dari total penerimaan BK pada tahun ini.
Sementara itu, PT Amman Mineral Nusa Tenggara menyumbang penerimaan BK sebesar Rp 0,13 triliun. Sumbangan BK dari komoditas bauksit hanya menyentuh Rp 0,03 triliun pada November lalu.
Seperti diketahui, Freeport Indonesia memperkirakan produksi emas hingga akhir 2022 ini bisa mencapai 1,6 juta ons (oz). Untuk produksi konsentrat tembaga diperkirakan mencapai 1,6 miliar pon, naik 14% dibandingkan produksi tembaga pada 2021 yang sebesar 1,4 miliar pon.
Sementara itu, penerimaan bea keluar dari CPO & turunanya mencapai Rp 0,43 triliun pada November. Nilai tersebut melonjak 43% dibandingkan Oktober.
Penerimaan BK dari CPO dan turunannya pada November jauh di bawah rata-rata bulanannya yang mencapai Rp 2,89 triliun. Penerimaan BK dari CPO dan produk turunannya sedikit membaik karena meningkatnya harga komoditas tersebut di pasar global.
Harga referensi CPO untuk periode 1 - 15 November 2022 ditetapkan sebesar US$ 770,88/ton sementara untuk periode 16 - 30 November 2022 sebesar US$ 826,58/ton.
Harga referensi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Juni 2022 yang menembus US$ 1.700/ton.
Penerimaan BK dari kelompok CPO dan turunnya dibagi ke dalam tiga kategori yaitu bungkil dan kernel, CPO, dan turunan CPO. Penerimaan BK dari kelompok CPO naik tipis menjadi Rp 0,18 triliun pada November dibandingkan Rp 0,14 triliun pada Oktober.
Penerimaan BK dari bungkil dan kernel naik menjadi Rp 0,21 triliun pada November dari Rp 0,13 triliun pada bulan sebelumnya. Penerimaan dari turunan CPO stagnan di angka Rp 0,03 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani, pekan lalu lalu, memperkirakan penerimaan BK pada 2022 diperkirakan menembus Rp 39,7 triliun. Nilai tersebut meningkat 21,7% dari tahun lalu.
"Ada beberapa perubahan policy teutama larangan ekspor atau pungutan ekspor yang dibebaskan dan juga harga CPO yang turun sejak September lalu. Jadi pertumbuhan tidak setinggi tahun lalu," tutur Sri Mulyani.
Sebagai catatan, penerimaan BK pada 2021 menembus Rp 32,2 tliun atau melonjak 268%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae)