Bos Freeport Ramal RI Akan Ketiban Durian Runtuh Lagi di 2023

News - Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
27 December 2022 18:40
RI Ketiban Durian Runtuh di KTT G20 Bali, Nih Rinciannya! Foto: Infografis/ RI Ketiban Durian Runtuh di KTT G20 Bali, Nih Rinciannya!/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia pada tahun ini sangat diuntungkan dengan tingginya harga-harga komoditas seperti batu bara, nikel, timah hingga tembaga.

Hal ini terbukti dengan catatan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor pertambangan mineral dan batu bara hingga kini telah mencapai Ro 173,51 triliun.

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi PNBP per hari ini, Selasa (27/12/2022), tercatat telah mencapai Rp 173,51 triliun atau 170% dari rencana 2022 sebesar Rp 101,84 triliun.

Capaian tersebut juga melonjak 129% dibandingkan realisasi 2021 yang "hanya" sebesar Rp 75,48 triliun.

Perolehan "durian runtuh" pada tahun ini diperkirakan masih akan berlanjut ke tahun depan.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengungkapkan harga komoditas pertambangan diprediksi masih akan tinggi pada 2023 mendatang.

"Bukan hanya sisi tembaga, tapi sisi batu bara kelihatannya akan seperti itu, demand akan tetap tinggi dan mineral lainnya, timah dan nikel, demand-nya akan tetap tinggi," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (27/12/2022).

Menurutnya, tambang Indonesia akan terus menjadi primadona sampai 2023 mendatang. Hal ini dipicu oleh terus meningkatnya permintaan akan komoditas tambang dunia.

"We are on the right track dan (komoditas tambang) akan tetap menjadi primadona di 2023," tandasnya.

Selain itu, Tony mengungkapkan Indonesia akan menemukan titik terang atas ketidakpastian keadaan dunia saat ini. Dia yakin Indonesia akan bertahan dan memiliki resiliensi dengan memaksimalkan sektor pertambangan dalam negeri.

"Tahun depan kita tahu, tahun depan diperkirakan akan gelap. Tapi Pak Presiden dan kami pelaku usaha yakin titik terangnya ada di Indonesia," ungkapnya.

Alasan di balik keyakinan tersebut adalah berkat sektor pertambangan dan sumber daya alam yang dimiliki dalam negeri. Tony menilai, resiliensi Indonesia dalam menghadapi krisis saat ini adalah berkat sektor tambang yang dominan.

"Salah satu resiliensi Indonesia menghadapi krisis atau resesi yang sudah di depan mata ini juga adalah berkat sektor sumber daya alam. Antara lain, termasuk juga sektor pertambangan yang begitu dominan," ucapnya.

Tony mengatakan, pertambangan yang berhasil mendongkrak perekonomian di Indonesia antara lain komoditas nikel, batu bara, tembaga, dan timah. Dia menyebut, pertambangan di Indonesia berhasil mencetak profit yang melambung tinggi.

"Kita lihat kalau di angka-angka yang dihasilkan dari perusahaan tambang ini quarter yang terakhir ini. Kan kita lihat pelonjakan yang sangat tinggi lah, perusahaan-perusahaan tambang mencetak profit yang hampir semua perusahaan minerba mengalami lonjakan keuntungan," tuturnya.

Untuk diketahui, lewat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022, akhirnya disepakati bahwa pendapatan negara naik Rp 420,1 triliun menjadi Rp 2.266,2 triliun. Kemudian, belanja negara bertambah Rp 392,3 triliun menjadi Rp 3.106,4 triliun.

Indonesia patut bersyukur, di tengah melonjaknya kenaikan harga komoditas seperti batu bara, CPO, besi dan baja, ini semacam blessing in disguise atau berkah tersembunyi bagi Indonesia.

Sebagai penghasil terbesar komoditas-komoditas tersebut, "durian runtuh" atau windfall komoditas berhasil membuat pendapatan negara, hingga 14 Desember telah melebihi target target.

Pendapatan negara, sampai dengan 14 Desember 2022, sudah terealisasi Rp 2.479,9 triliun atau telah mencapai 109,43% dari target dalam Perpres 98/2022.

Secara rinci, penerimaan pajak per 14 Desember 2022 mencapai Rp 1.634,36 triliun atau telah mencapai 104,2% dari target penerimaan pajak di dalam Perpres 98/2022, yang sebesar Rp 1.568,9 triliun.

Realisasi penerimaan hingga 14 Desember 2022 juga naik 41,9% dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1.151,5 triliun.

Penerimaan tersebut cukup tinggi didorong oleh sektor pertambangan, akibat adanya booming harga komoditas.

"Tahun lalu terjadi booming komoditas dan berlangsung terus hingga hari ini sehingga penerimaan pajak tumbuhnya tinggi sekali," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Desember 2022, dikutip Senin (26/12/2022).


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Produksi Emas Freeport Tahun Ini Tembus 1,6 Juta Ons


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading