
Pejabat Rusia Akui Ukraina Unggul, Perang Makin Sulit

Jakarta, CNBC indonesia - Seorang pejabat parlemen Rusia Duma mengakui bahwa militer negara itu mengalami ketertinggalan dalam perangnya di Ukraina. Hal ini terjadi tatkala Kyiv juga terus melemparkan serangan kepada pasukan Negeri Beruang Merah.
Salah satu anggota Duma yang juga pensiunan jenderal militer, Andrei Gurulyov, mengatakan bahwa hambatan terbesar didapatkan Moskow setelah Ukraina memperoleh bantuan dari negara-negara Barat. Ini, menurutnya, telah menjadi gelombang pembalik serangan militer Rusia di negara itu.
"Ada hal-hal yang tidak dapat disangkal. Kami sangat menyadari bahwa mereka telah memasok barang-barang ke Ukraina," kata Gurulyov dalam sebuah siaran TV Pemerintah Rusia dikutip Newsweek, Senin (19/12/2022).
"Ini dimulai dengan helm dan pelindung tubuh. Lalu senjata api, amunisi, dan setelah itu howitzer. Selanjutnya, HIMARS, dan sekarang sistem Patriot. Berikutnya adalah tank Abrams atau Leopard. Tidak masalah. Semuanya akan tiba pada titik tertentu."
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terbaru diketahui telah memohon kepada Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mengirim senjata jarak jauh. Washington di bawah pimpinan Presiden Joe Biden sendiri tampaknya siap untuk memberi Ukraina sistem Patriot.
Namun, di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova memperingatkan rudal itu dapat menyebabkan 'eskalasi konflik' selama konferensi pers pekan lalu.
Gurulyov pun menyesalkan bahwa para pemimpin militer Rusia sering terjebak bermain 'mengejar' setiap kali Ukraina menerima senjata baru. Ia berpikir bahwa langkah ini selalu diambil daripada menyusun strategi untuk memerangi sistem rudal baru yang didapatkan Kyiv dari Barat.
"Sayangnya, dalam hal ini, kami mengejar ketinggalan. Kami bertahan. Kami menunggu mereka membawa sesuatu dan kemudian mencari cara untuk melawannya. Itulah situasinya, bukan?," tambahnya.
Profesor hubungan internasional di University of Southern California, Robert English, mengatakan bahwa terlalu banyak orang Rusia yang menyadari kesalahan militer mereka sehingga para pejabat "terus berbohong" tentang realitas konflik.
"Jadi mengakui bahwa militer Rusia telah macet dan menderita kekalahan besar tidak dapat dihindari. Dan itu terutama jika Kremlin ingin mempersiapkan rakyatnya untuk perang berbulan-bulan lagi," paparnya.
Sepanjang konflik, muncul laporan tentang Rusia yang berjuang untuk mempertahankan pasukan yang termotivasi dan terlatih dengan baik. Ukraina mengatakan minggu ini bahwa lebih dari 1 juta tentara Rusia telah menghubungi hotline menyerah karena jumlah korban tewas tentara Rusia mendekati 100.000.
Sementara itu, saat Rusia berjuang merebut wilayah baru Ukraina, militernya beralih ke serangan udara terhadap infrastruktur sipil menjelang musim dingin.
"Secara operasional mereka pada dasarnya tidak dapat menangani kekuatan militer Ukraina yang sangat aktif dan agresif," kata seorang pensiunan jenderal Angkatan Darat AS, Barry R. McCaffrey.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ukraina Menggila, 63 Tentara Rusia Tewas dalam Satu Serangan
