Hmm...Ternyata Begini 'Wajah Asli' Pertanian RI Selama Ini

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Jumat, 16/12/2022 15:20 WIB
Foto: (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Center of Macroeconomics and Finance (INDEF) Rizal Taufikurahman menyebut, produktivitas tanaman pangan tahun antara tahun 2021-2022 stagnan. Meski, secara umum, produktivitas sejak tahun 2019 mengalami kenaikan.

"Produksi dan produktivitas tanaman pangan, kalau kita lihat produksi dan produktivitas tanaman pangan 2018-2022 ini terjadi kenaikan. Meski tahun 2018 terjadi penurunan yang cukup besar jumlah produksi. Tapi di tahun 2019 ke 2022 memang terjadi fluktuasi dulu di 2021 karena pandemi dan di 2022 data dari BPS terakhir terjadi kenaikan. Nah tentu produksi dipengaruhi oleh bibit pupuk tenaga kerja, dan juga teknologi," kata Rizal dalam diskusi INDEF di Jakarta, Jumat (16/12/2022).

Lebih lanjut, Rizal mengatakan, kualitas benih yang saat ini digunakan ternyata kurang adaptif terhadap perubahan iklim ekstrem, sehingga mempengaruhi produktivitas sektor pertanian.


Mengutip data BPS, Rizal menjabarkan, PDB sektor pertanian tahun 2015-2021 secara umum mengalami peningkatan. Hanya saja, jika dilihat untuk tanaman pangan dan hortikultura peningkatannya tak setinggi tanaman perkebunan.

"Memang tanaman perkebunan paling tinggi dalam kontribusi PDB sektor perkebunan terhadap sektor pertanian. Hortikultura memiliki kontribusi yang relatif tidak jauh berbeda dengan peternakan," tambah Rizal.

Artinya, lanjut dia, potensi dan kontribusi sektor pertanian ini jika dilihat dari tren-nya relatif terjadi penurunan pada masa krisis terjadi. Namun, ia mengatakan, sektor pertanian merupakan sektor yang terbilang kuat, tidak goyang pada saat krisis terjadi.

"Meskipun pernah turun, tapi itu karena iklim. Kemudian itu saya kira yang menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi kita untuk mengatasi hal ini," kata Rizal.

Data BPS, lanjutnya, menunjukkan hingga Juli 2022, komoditas cabai dan bawang merah beserta ikan menyebabkan inflasi bergejolak hingga 11,47%, sementara inflasi inti hanya sebesar 2,86%, inflasi harga diatur pemerintah sebesar 6,51%, dan inflasi umum sebesar 4,94%.

"Artinya, tanaman hortikultura memiliki dorongan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sumbangan komoditas ini rata-rata sebesar 3,6% per tahun," jelasnya.

Dia pun merekomendasikan, pengembangan teknologi untuk membantu meningkatkan produksi pertanian, baik tanaman pangan maupun hortikultura.

"Pemerintah selama ini memberikan dorongan terhadap produksi, baik itu bantuan di tahun 2018, untuk cabai rawit, cabai besar, maupun bawang merah. Bahwa bantuan bibit atau benih selama ini memang memberikan kontribusi terhadap produksi. Dan di 2018 katakanlah untuk cabai rawit misalnya ini memberikan kontribusi yang cukup besar, hampir di atas 200 ribu ton. Kemudian di 2019 sama, bahkan trennya meningkat. Kemudian untuk cabai besar dan bawang merah juga begitu," pungkasnya.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini