CNBC Indonesia Research

Deretan Orang Terkaya RI Yang Mulai Dari Nol, Siapa Saja?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
16 December 2022 13:30
Infografis, 10 Orang Terkaya di Nusantara
Foto: Infografis/ Crazy Rich/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam meraih kesuksesan nyatanya tidak harus berasal dari keluarga yang kaya raya. Faktanya, banyak orang sukses dan terkenal tajir saat ini yang bukan berasal dari keluarga yang berada.

Mereka sudah merasakan berbagai rintangan kesulitan dan kepahitan hidup sejak kecil sehingga mau tidak mau dipaksa untuk bekerja keras agar meraih keuntungan. Ini menjadikan mereka motivasi untuk bangkit dan mencoba berjuang dari bawah.

Kisah-kisah mereka menjadi pengusaha sukses di Indonesia akan selalu menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dari mereka kita belajar bahwa keberhasilan juga dapat diraih dengan kerja keras. Bahkan beberapa di antara mereka berhasil masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes.

Lalu, siapa saja mereka? Simak daftar sekaligus ceritanya.

Keluarga Widjaya

Kekayaan keluarga Widjaya dimulai dengan perjuangan Eka Tjipta Widjaya yang merupakan pendiri Sinar Mas Group yang memiliki gurita bisnis di bawahnya, mulai dari keuangan, telekomunikasi, dan infrastruktur.

Saat ini keluarga Widjaya memimpin di urutan ketiga jajaran orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan kekayaan mencapau US$ 10.8 miliar.

Tapi jangan kira Eka Tjipta tidak pernah melarat. Berdasarkan berbagai publikasi, pria kelahiran Quanzhou, China, itu terlahir dari keluarga miskin dengan nama Oei Ek Tjhong.

Ketika usianya menginjak sembilan tahun, dia merantau ke Makassar, Sulawesi Selatan.Di sana, Eka membantu ayahnya untuk mengelola sebuah toko. Perjalanan bisnis Eka dimulai sebagai seorang pedagang kelontong yang berkeliling menggunakan sepeda pada tahun 1938.

Karena ketelatenannya, usaha yang dijalankan Eka terus berkembang pesat. Kesuksesannya membuat dia dijuluki sebagai Bapak Kopra lantaran usaha kopranya maju sangat pesat pada 1961.

Tak hanya itu, Eka mendirikan CV Sinar Mas untuk kali pertama di Surabaya pada 1962. CV Sinar Mas mendulang sukses dan membuka kantor pertamanya di Jakarta. Eka pun mendirikan pabrik minyak goreng, pabrik kertas, minyak sawit,multifinance, hingga asuransi.

Meski hanya lulusan SD, kemampuan berbisnis Eka Tjipta sudah tak bisa diragukan lagi. Sepanjang hidupnya ia berhasil membangun jaringan bisnis mulai dari pulp dan kertas, agribisnis dan pangan, layanan keuangan, pengembang dan realestat, telekomunikasi, hingga energi dan infrastruktur.

Tak hanya bisnis saja, diri nya juga mengembangkan organisasi nirlaba dengan memberikan beasiswa pendidikan. Kini ia hanya tinggal nama, tetapi, kerja keras dan usahanya akan tetap dikenang sepanjang masa dan membawa keluarganya menikmati jerih payah dan meneruskan perjuangannya.

Chairul Tanjung

Siapa yang tak kenal nama ini yang begitu dikenal dengan bos Transmedia. Chairul Tanjung atau kerap disapa CT tersebut merupakan pendiri CT Corp yang menaungi beberapa perusahaan besar seperti Trans Corp, Bank Mega, jaringan supermarket, dan lainnya.

Sebelum menjadi pengusaha sukses, siapa sangka bahwa Chairul Tanjung pernah mengalami hidup miskin. Saat remaja, ia mengalami kesulitan ekonomi sangat parah.

Usaha ayahnya ditutup karena bertentangan dengan penguasa. Setelah itu, keluarga Chairul Tanjung menjual rumahnya lalu pindah ke tempat tinggal di gang sempit di Keramat Jaya, Jakarta Pusat.

Saking miskinnya, Chairul Tanjung pernah bercerita bahwa ia bahkan nyaris tidak mampu membayar zakat fitrah yang nilainya hanya setara 3,5 kg beras.

Saat berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran UI, untuk membiayai kuliahnya, ia bahkan mencoba untuk membuka usaha fotokopi di ruang sempit bawah tangga kampus.

Chairul Tanjung juga pernah mendirikan toko peralatan kedokteran dan laboratorium, usaha kontraktor, hingga rotan.

Tetapi usaha yang ia rintis tidak berjalan mulus, bahkan CT harus mengalami kebangkrutan berkali-kali. Tetapi karena sifatnya yang rajin, gigih, dan pintar ia berhasil membesarkan CT. Corporation yang sebelumnya bernama Para Group. Ia kini berhasil menjadi salah satu orang terkaya Indonesia versi Forbes dengan kekayaan US$ 5.2 miliar.

Baca Halaman Selanjutnya >>> Ada Ciputra & Keluarga dan Prajogo Pangestu

Ciputra dan Keluarga

Nama Ciputra sudah sangat dikenal di bisnis properti. Ia telah sukses mengembangkan Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Sejak kecil, Ciputra hanya tinggal berdua dengan ayahnya dengan kondisi hidup yang sulit.

Awalnya, kehidupannya bersama 6 orang saudaranya tidak begitu miskin. Kehidupannya berubah ketika ayahnya menjadi seorang tahanan Jepang yang dikira sebagai mata-mata dan meninggal saat di penjara.

Saat pindah ke Bandung untuk kuliah di ITB, ia dan dua temannya menawarkan jasa arsitek yang dia miliki dan hidup dari proyek yang datang. Setelah itu, Ciputra berjuang agar bisa mendapatkan proyek besar dari gubernur hingga presiden. Sampai pada akhirnya, ia sukses menjalankan sebuah proyek dan perusahaannya semakin berkembang.

Saat ini, keluarga Ciputra masuk dalam jajaran orang kaya ke-33 di Indonesia dengan kekayaan mencapai US$ 1,25 miliar.

Prajogo Pangestu

Prajogo Pangestu dikenal sebagai pemilik PT Barito Pacifik yang bergerak pada bidang kehutanan, industri, pertambangan, properti, hingga transformasi. Hingga saat ii namanya tak asing ditelinga dan menduduki jajaran oarang terkaya nomo 7 di Indonesia dengan kekayaan US$ 5,1 miliar.

Prajogo Pangestu memulai bisnis kayu pada 1970-an, sebelumnya ia bekerja di perusahaan PT Djajanti Group milik pengusaha asal Malaysia.

Ia bukan dari keluarga berada, Ia lahir di Sambas tahun 1944 dari keluarga miskin. Kondisi keluarga yang serba keterbatasan keuangan membuat prajogo Pangestu berhenti sekolah di tingkat SMP.

Kemudian, Ia memutuskan merantau ke Jakarta untuk memperbaiki keuangan keluarga. Akan tetapi, selama di Jakarta Ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan maka memilik pulang kampung. Setelah pulang ke Kalimantan Barat, Ia kemudian bekerja menjadi sopi angkutan umum hingga 1960.

Pada tahun yang sama, Prajogo Pangestu berkenalan dengan pengusaha yang bernama Bong Sun On alias Burhan Uray asal Malaysia pemilik PT Djajanti Group yang bergerak di bidang kayu. Kemudian, Prajogo Pangestu memutuskan untuk bekerja disana pada 1969.

Selama bekerja, Ia menunjukkan komitmennya hingga naik jabatan sebagai General Manager (GM) di pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur, pada tahun 1976. Namun setelah satu tahun Ia mengakhiri pekerjaannya bersama Burhan Uray.

Setelah itu, Ia mulai merintis bisnisnya dengan membeli CV Pacific Lumber Co dengan uang yang dipinjam dari Bank. Singkat cerita, dengan usahanya yang kuat nama Pacific Lumber Co berganti menjadi PT Barito Pacific hingga maju seperti saat sekarang ini.

Baca Halaman Selanjutnya >>> Cerita Boenjamin Setiawan yang Juga Memulai Bisnis Dari Nol

Boenjamin Setiawan dan Keluarga

Siapa yang tidak tahu Kalbe Farma? Kalbe merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Sosok yang ada di baliknya adalah Boenjamin Setiawan.

Boenjamin Setiawan atau yang lebih akrab disapa dr. Boen ini lahir pada 27 September 1933 di Tegal, Jawa Tengah. Saat ini dr. Boen masuk ke dalam jajaran orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai US$ 5,1 miliar.

Boenjamin Setiawan kemudian meraih gelar Ph.D di University of California. Dr. Boen berhasil meraih gelar tersebut di bidang farmakologi dengan disertasinya yang berjudul "The Inhibition of Alcohol Dehydrogenate by Chlor Promazine, an Other Phcnothiazinc Derivatif".

Kembali ke tanah air, dr. Boen mengabdikan diri untuk membagikan ilmunya sebagai dosen. Di tahun 1980, beliau diangkat menjadi Lektor Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sukses menjadi dokter tak lantas membuat Boenjamin Setiawan berdiam diri. Ia kemudian membangun sebuah perusahaan di bidang farmasi. Pada tahun 1963, dr. Boen mengawali bisnisnya farmasinya dengan mendirikan PT Farmindo bersama beberapa rekannya. 

Sayangnya, bisnisnya hanya bisa bertahan selama tiga tahun saja. Kurangnya pengalaman dalam hal pemasaran membuat PT Farmindo gagal mendistribusikan obat-obatan yang telah diproduksinya. 

Menjajaki perjalanan bisnisnya, tak selamanya keberhasilan selalu di depan mata. Adakalanya kegagalan mewarnai perjalanan hidup dan memberi pembelajaran penting untuk menjadi lebih baik.

Kegagalan Farmindo tak lantas membuat Boenjamin Setiawan menyerah untuk berbisnis. Ia kembali membangun perusahaan farmasi pada 10 September 1966 bersama saudara-saudaranya dan juga salah satu rekannya bernama Jan Tan yang merupakan dokter farmakologi. Di sebuah garasi rumahnya di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Boenjamin Setiawan mengawali PT Kalbe Farma (KLBF) dan dari sinilah dr. Boen bersama keenam saudaranya memulai memproduksi obat-obatan nasional.

Di masa itu, produk farmasi dari pabrik luar negeri memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan produk farmasi dari dalam negeri yang memiliki harga yang relatif lebih murah seperti SOHO dan DUPA, produsen farmasi lokal.

Tak sampai disini, semakin tinggi sebuah pohon, semakin besar pula cobaannya. Begitu juga dengan perusahaan farmasi dengan nama Kalbe Farma ini, terkena musibah besar ketika krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998.

Kalbe Farma dinyatakan bangkrut karena keuangan yang sudah tidak sehat lagi. Dr. Boen sebagai pendiri tidak ingin perusahaannya tidak beroperasi lagi, sehingga memaksanya untuk berhutang ke luar negeri. 

Hasil dari hutang itu digunakan untuk menggerakkan roda produksi perusahaan tersebut. Sayangnya usaha itu ternyata tidak bisa memberikan hasil yang positif. Akibatnya Kalbe Farma tidak bisa melunasi hutang karena nilai tukar rupiah yang terus melemah.

Untuk mengatasi ini, maka Dr. Boen menjual semua aset-asetnya kecuali yang berhubungan dengan farmasi. Setelah menjual semua asetnya, Dr. Boen mencoba membuka usaha lain dengan skala yang lebih kecil. Hasil dari usaha-usaha kecil itulah yang digunakan Dr. Boen untuk membiayai produksi obat-obatan di Kalbe Farma.

Usaha yang membutuhkan tenaga dan waktu yang tidak sebentar ini lambat laun membuahkan hasilnya.

Laporan keuangan yang terus meningkat sehingga terjadi balance menjadi kabar gembira setelah perjuangan panjang mengamankan perusahaan tersebut. Akuisi dan ekspansi bisnis menjadi kunci bangkitnya Kalbe Farma dari kehancuran.

TIM TISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular