CNBC Indonesia Research

Deretan Orang Terkaya RI Yang Mulai Dari Nol, Siapa Saja?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
16 December 2022 13:30
Dok Kalbe Farma
Foto: Dok Kalbe Farma

Boenjamin Setiawan dan Keluarga

Siapa yang tidak tahu Kalbe Farma? Kalbe merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Sosok yang ada di baliknya adalah Boenjamin Setiawan.

Boenjamin Setiawan atau yang lebih akrab disapa dr. Boen ini lahir pada 27 September 1933 di Tegal, Jawa Tengah. Saat ini dr. Boen masuk ke dalam jajaran orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai US$ 5,1 miliar.

Boenjamin Setiawan kemudian meraih gelar Ph.D di University of California. Dr. Boen berhasil meraih gelar tersebut di bidang farmakologi dengan disertasinya yang berjudul "The Inhibition of Alcohol Dehydrogenate by Chlor Promazine, an Other Phcnothiazinc Derivatif".

Kembali ke tanah air, dr. Boen mengabdikan diri untuk membagikan ilmunya sebagai dosen. Di tahun 1980, beliau diangkat menjadi Lektor Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sukses menjadi dokter tak lantas membuat Boenjamin Setiawan berdiam diri. Ia kemudian membangun sebuah perusahaan di bidang farmasi. Pada tahun 1963, dr. Boen mengawali bisnisnya farmasinya dengan mendirikan PT Farmindo bersama beberapa rekannya. 

Sayangnya, bisnisnya hanya bisa bertahan selama tiga tahun saja. Kurangnya pengalaman dalam hal pemasaran membuat PT Farmindo gagal mendistribusikan obat-obatan yang telah diproduksinya. 

Menjajaki perjalanan bisnisnya, tak selamanya keberhasilan selalu di depan mata. Adakalanya kegagalan mewarnai perjalanan hidup dan memberi pembelajaran penting untuk menjadi lebih baik.

Kegagalan Farmindo tak lantas membuat Boenjamin Setiawan menyerah untuk berbisnis. Ia kembali membangun perusahaan farmasi pada 10 September 1966 bersama saudara-saudaranya dan juga salah satu rekannya bernama Jan Tan yang merupakan dokter farmakologi. Di sebuah garasi rumahnya di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Boenjamin Setiawan mengawali PT Kalbe Farma (KLBF) dan dari sinilah dr. Boen bersama keenam saudaranya memulai memproduksi obat-obatan nasional.

Di masa itu, produk farmasi dari pabrik luar negeri memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan produk farmasi dari dalam negeri yang memiliki harga yang relatif lebih murah seperti SOHO dan DUPA, produsen farmasi lokal.

Tak sampai disini, semakin tinggi sebuah pohon, semakin besar pula cobaannya. Begitu juga dengan perusahaan farmasi dengan nama Kalbe Farma ini, terkena musibah besar ketika krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998.

Kalbe Farma dinyatakan bangkrut karena keuangan yang sudah tidak sehat lagi. Dr. Boen sebagai pendiri tidak ingin perusahaannya tidak beroperasi lagi, sehingga memaksanya untuk berhutang ke luar negeri. 

Hasil dari hutang itu digunakan untuk menggerakkan roda produksi perusahaan tersebut. Sayangnya usaha itu ternyata tidak bisa memberikan hasil yang positif. Akibatnya Kalbe Farma tidak bisa melunasi hutang karena nilai tukar rupiah yang terus melemah.

Untuk mengatasi ini, maka Dr. Boen menjual semua aset-asetnya kecuali yang berhubungan dengan farmasi. Setelah menjual semua asetnya, Dr. Boen mencoba membuka usaha lain dengan skala yang lebih kecil. Hasil dari usaha-usaha kecil itulah yang digunakan Dr. Boen untuk membiayai produksi obat-obatan di Kalbe Farma.

Usaha yang membutuhkan tenaga dan waktu yang tidak sebentar ini lambat laun membuahkan hasilnya.

Laporan keuangan yang terus meningkat sehingga terjadi balance menjadi kabar gembira setelah perjuangan panjang mengamankan perusahaan tersebut. Akuisi dan ekspansi bisnis menjadi kunci bangkitnya Kalbe Farma dari kehancuran.

TIM TISET CNBC INDONESIA

(aum/aum)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular