
Ekspor Terendah dalam 6 Bulan, Harta Karun RI Tak Lagi Dicari
Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus Indonesia pada November 2022 anjlok ke level terendah dalam enam bulan terakhir. Melandainya permintaan akan komoditas andalan Indonesia membuat ekspor makin menyusut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada November 2022 mencapai US$ 24,12 miliar. Nilai tersebut adalah yang terendah sejak Mei 2022. Nilai tersebut juga turun 2,46% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm) tetap masih naik 5,58% dibandingkan November 2021 (year on year/yoy).
Pertumbuhan ekspor pada November secara tahunan menjadi yang terendah sejak Oktober 2020 atau dua tahun terakhir di mana pada saat itu ekspor terkontraksi 3,29%.
Sementara itu, impor November tercatat US$ 18,96 miliar atau melandai 0,91% (mtm) dan turun 1,89% (yoy). Kontraksi ini menjadi yang pertama sejak Januari 2021.
Dengan demikian, neraca perdagangan pada November 2022 membukukan surplus sebesar US$ 5,16 miliar. Nilai tersebut turun tipis dibandingkan Oktober 2022 yang tercatat US$ 5,59 miliar.
Surplus juga di atas ekspektasi pasar. Polling CNBC Indonesia memperkirakan surplus hanya mencapai US$ 4,4 miliar pada November 2022. Dengan surplus pada November 2022 maka neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus selama 31 bulan beruntun.
Deputi BPS Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan ekspor melemah karena adanya penurunan volume dan harga sejumlah komoditas andalan Indonesia, seperti batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
"Ekspor komoditas unggulan Indonesia mengalami penurunan pada bulan November 2022, kecuali Besi dan Baja yang mengalami peningkatan karena kenaikan harga," tutur Habibullah pada saat konferensi pers, Kamis (15/12/2022).
Penurunan ekspor CPO dan batubara lebih disebabkan karena penurunan volume sementara gas alam lebih karena harga.
Ekspor batu bara dan CPO berkontribusi sekitar 30% terhadap ekspor Indonesia sehingga pergerakan kedua komoditas sangat berdampak ke ekspor Indonesia.
Berikut nilai dan volume komoditas ekspor andalan Indonesia
1. Besi dan Baja
Volume ekspor pada November 1,35 juta ton
Nilai ekspor pada November US$ 2,34 miliar
Volume ekspor pada Oktober 1,39 juta ton
Nilai ekspor pada Oktober US$ 2,30 miliar
2. Minyak kelapa sawit
Volume ekspor pada November 2,73 juta ton
Nilai ekspor pada November US$ 3,34 miliar
Volume ekspor pada Oktober 3,37 juta ton
Nilai ekspor pada Oktober US$ 2,85 miliar
3. Batu bara
Volume ekspor pada November 29,69 juta ton
Nilai ekspor pada November US$ 4,16 miliar
Volume ekspor pada Oktober 32,73 juta ton
Nilai ekspor pada Oktober US$ 4,41 miliar
4. Gas alam
Volume ekspor pada November 1,28 juta ton
Nilai ekspor pada November US$ 0,80 miliar
Volume ekspor pada Oktober 1,35 juta ton
Nilai ekspor pada Oktober US$ 0,92
Bila dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya, volume ekspor batu bara memang anjlok. Namun, harga batu bara yang stabil tinggi di atas US$ 300 per ton membantu nilai ekspor.
Volume ekspor batu bara asih menembus 33,5 juta ton pada Agustus 2022 tetapi angkanya mencapai 29,69 juta ton atau turun 11,3%.
"Penurunan besar batu bara terutama dari India karena ada kenaikan produksi (dalam negeri India)," tutur Habibullah.
Dia menambahkan penurunan ekspor ke India adalah yang tertinggi dibandingkan negara lain yakni menembus US$ 501,4 juta disusul oleh Vietnam (US$ 138,1 juta), Spanyol (US$ 128,9 juta), Belanda (US$ 123,6 juta) dan Jepang (US$ 100, 1 juta).
Dari sisi impor, permintaan Indonesia akan bahan baku/penolong dan modal serta barang konsumsi turun baik secara tahunan atau bulanan.
Namun, impor barang modal masih naik baik tahunan atau bulanan.
Secara keseluruhan, ekspor pada Januari-Novemebr 2022 menembus US$ 268,18 milair sementara impor tercatat US$ 217,58 miliar. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan pada Januari-November tercatat US$ 50,59 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan China atau AS, Negara Ini Jadi Ancaman Besar RI
