Internasional

Bersiap Hadapi China, Warga Taiwan Mulai Latihan Perang

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 December 2022 13:05
A model of the Chinese Fighter aircraft is seen in front of Chinese and Taiwanese flags in this illustration taken, April 28, 2022. Picture taken April 28, 2022.  REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: Sebuah miniatur pesawat tempur China terlihat di depan bendera China dan Taiwan. (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan China dan Taiwan makin memanas selama setahun terakhir. Demi melindungi wilayah dan penduduknya dari ancaman Beijing, Taipei dilaporkan mulai menyiapkan diri untuk berperang.

Khawatir akan masa depan wilayahnya, organisasi swasta Taiwan melangkah maju dengan mempersiapkan warga sipil Taiwan untuk perang. Salah satunya pihak yang melakukannya adalah taipan bisnis kontroversial, Robert Tsao.

Tsao dikenal blak-blakan dalam mengkritik China, bahkan secara teratur menuduh politisi Taiwan terlalu lemah menghadapi negara tersebut.

Meski begitu, Tsao sempat berpindah kewarganegaraan Singapura pada tahun 2011 sebagai protes atas undang-undang pemerintah Taiwan mencegah perusahaan semikonduktornya, United Microelectronics Corporation (UMC), untuk berinvestasi di China.

Namun selama konferensi pers pada awal September, Tsao mengumumkan bahwa dia telah mendapatkan kembali kewarganegaraan Taiwannya.

Pada saat yang sama, dia berjanji untuk menyumbangkan tiga miliar dolar Taiwan (Rp1,5 triliun) untuk memperkuat pertahanan Taiwan sebagai tanggapan atas latihan militer China sebulan sebelumnya.

Sebagian dari donasi diberikan kepada kelompok pelatihan pertahanan sipil, Akademi Kuma, yang didirikan oleh akademisi Puma Shen dan aktivis Ho Cheng-Hui, dua individu swasta lain yang mengambil langkah untuk mempersiapkan Taiwan menghadapi perang.

Melalui Akademi Kuma, Shen dan Ho menawarkan kelas privat dengan pelajaran teoretis dan praktis yang mengajarkan keterampilan dasar kepada para peserta. Salah satunya belajar cara melawan kesalahan informasi online, cara mengidentifikasi tentara China, cara melakukan pertolongan pertama, serta cara menghentikan pendarahan.

"Militer berulang kali melakukan latihan untuk mempraktekkan pertahanan Taiwan jika serangan China terjadi, tetapi kebanyakan warga sipil Taiwan tidak tahu apa yang diharapkan atau apa yang harus dilakukan jika serangan seperti itu terjadi," jelas Ho, mengutip Al Jazeera, Kamis (15/12/2022).

"Kami memulai Kuma dengan tujuan memberikan warga sipil Taiwan yang tertarik beberapa alat yang membantu mereka bertindak sebelum, selama, dan setelah kemungkinan keterlibatan militer di Taiwan," tambahnya.

Selain itu, Ho berharap kelas-kelas tersebut akan menanamkan rasa pada orang Taiwan bahwa melawan China membutuhkan mobilisasi penuh dari seluruh masyarakat pulau itu.

"Kami tidak mengajarkan atau mendorong kekerasan tetapi kami mengajarkan orang-orang bagaimana membela diri mereka sendiri dan satu sama lain sehingga jika perang pecah, semua orang tahu bahwa mereka memiliki peran untuk dimainkan," imbuhnya.

Menurut Chen dari Universitas Soochow, permintaan dari warga sipil untuk kelas persiapan perang telah meningkat. Namun hingga saat ini, hanya ada sedikit yang bisa dipilih.

Akademi Kuma mengadakan sesi pelatihan pertamanya pada awal September. "Saat kami membuka pemesanan online untuk kelas kami akhir-akhir ini, hanya beberapa jam berlalu sebelum kami penuh dipesan," kata Ho.

Akibatnya, mereka berencana untuk memperluas basis mereka saat ini di Taipei ke kota-kota besar Taiwan lainnya seperti Kaohsiung, Tainan, dan Taichung.

Mahasiswa Universitas Yuchi Pao (29) dari Taichung, ikut serta dalam pelatihan Akademi Kuma pada awal November. Dia dulu percaya perang adalah sesuatu yang tidak akan pernah terjadi seumur hidupnya, tetapi perang yang berkelanjutan di Ukraina mengubah persepsinya.

"Sejak invasi Rusia [Ukraina], saya merasa bahwa saya harus tahu lebih banyak tentang apa yang dapat saya lakukan untuk pertahanan Taiwan jika perang pecah," katanya.

Setelah berpartisipasi dalam kelas Kuma, dia berkata bahwa dia merasa lebih sadar tentang cara warga sipil dapat melawan potensi manipulasi online pro-China serta bagaimana dia dapat membantu sebagai warga sipil jika terjadi konflik.

Sebelumnya pemerintah Taiwan telah menghabiskan beberapa tahun terakhir mencari dukungan internasional demi menanggapi meningkatnya ancaman serangan oleh China.

Sejauh ini, Amerika Serikat (AS), Australia, Inggris, Kanada, Jerman, Jepang, dan Malaysia merupakan negara-negara yang menjalin kerja sama dan mendukung Taiwan.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ancaman Perang di Mana-Mana, China Kirim Drone ke Taiwan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular