Internasional

Gawat Mr Putin, Pendapatan Rusia dari Minyak Mulai Menyusut

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 December 2022 10:10
Bendera Rusia (File Photo Reuters)
Foto: Bendera Rusia (File Photo Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Energi Internasional (IEA) menyebut pendapatan minyak Rusia turun pada November meskipun mencatat peningkatan produksi.

IEA memperkirakan bahwa Rusia memperoleh sekitar US$15,8 miliar atau setara Rp245 triliun dari penjualan minyak pada November, terendah kedua tahun ini setelah US$14,7 miliar (Rp 228 triliun) pada September.

Penurunan pendapatan terjadi meskipun ekspor minyak mentah dan produk Rusia meningkat menjadi 8,1 juta barel per hari, level tertinggi sejak April 2022, 2 bulan setelah Rusia menyerang Ukraina.

IEA juga memperkirakan produksi minyak Rusia akan turun 1,4 juta barel per hari (bph) tahun depan.

"Sementara harga minyak yang lebih rendah datang sebagai bantuan yang disambut baik oleh konsumen yang menghadapi lonjakan inflasi, dampak penuh embargo terhadap minyak mentah Rusia dan pasokan produk masih harus dilihat," kata agensi tersebut, dilansir The Guardian, Kamis (15/12/2022).

Ini menjadi sinyal positif bagi negara-negara Barat yang menghambat pendanaan Kremlin dari ekspor energi melalui sanksi-sanksinya. Perlu diketahui, energi merupakan sumber pendapatan terbesar Rusia.

Uni Eropa dan G7 memperkenalkan batas harga US$ 60 per barel untuk minyak lintas laut Rusia pada 5 Desember, di mana pemerintah berusaha mencapai keseimbangan antara memotong pendapatan Kremlin dan menjaga kendali inflasi harga bahan bakar. Harga minyak non-Rusia sekitar US$ 81 per barel pada Rabu.

Pengamat industri mempertanyakan seberapa efektif pembatasan itu karena minyak Rusia sudah diperdagangkan di bawah US$ 60 per barel. IEA mengatakan campuran minyak mentah ekspor negara itu, Ural, turun menjadi sekitar US$ 43 per barel pada awal Desember.

Pembatasan tersebut, yang menyebabkan penumpukan kapal tanker di Turki, membatasi akses ke asuransi dan layanan pengiriman untuk setiap pembeli minyak Rusia yang menolak untuk mematuhi ambang batas.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin mengeklaim bahwa pembatasan tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi negara tersebut, tetapi dapat membahayakan pasar energi internasional dan memaksa Rusia untuk memangkas produksi.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sempat marah ketika kartel minyak OPEC+ memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari (bpd) dalam keputusan yang dipimpin oleh Rusia dan Arab Saudi pada Oktober.

Sementara itu, IEA juga menambahkan bahwa pertumbuhan permintaan minyak global akan melambat tahun depan tetapi masih akan berada pada 1,7% yang kuat karena China pulih dari pembatasan ekonomi terkait Covid.

Diperkirakan permintaan minyak China akan menyusut 400.000 bph menjadi 15,4 juta tahun ini sebelum pulih hampir 1 juta bph pada 2023.

Badan tersebut mengatakan permintaan minyak global pada tahun 2022 telah meningkat 2,3 juta bph dibandingkan dengan tahun lalu, dan diperkirakan akan naik 1,7 juta tahun depan menjadi 101,6 juta bph.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Putin di Ukraina Bikin Warga Rusia Tambah Kaya, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular