Internasional

Taiwan Siaga Perang dengan China, Taipei Mencekam-Sirene Meraung

luc, CNBC Indonesia
17 July 2025 20:00
A High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS) is on display at a park during Taiwan's annual Han Kuang military exercise in Taichung, Taiwan July 12, 2025. REUTERS/Ann Wang
Foto: REUTERS/Ann Wang

Jakarta, CNBC Indonesia - Suasana Ibu Kota Taiwan, Taipei, mendadak mencekam. Jalanan kosong, sirine meraung, dan warga diperintahkan bersembunyi di dalam ruangan.

Pada Kamis (17/7/2025), pemerintah menggelar latihan serangan udara tahunan untuk mengantisipasi kemungkinan serangan rudal dari China.

Sirine mulai berbunyi tepat pukul 13.30 waktu setempat, menandai dimulainya evakuasi wajib di jalanan yang berlangsung selama 30 menit. Seluruh kota dan wilayah di Taiwan utara praktis lumpuh, dengan kendaraan disuruh menepi dan warga yang masih berada di luar ruangan diminta segera mencari perlindungan.

Pesan peringatan pun dikirim secara massal melalui ponsel oleh Kementerian Pertahanan Taiwan.

"Latihan Pertahanan Udara. Serangan Rudal. Segera cari perlindungan!"

Pesan ini disampaikan dalam bahasa Mandarin dan Inggris, disertai suara alarm nyaring.

Pemerintah Taiwan belum lama ini juga memperbarui panduan keselamatan publik terkait prosedur yang harus dilakukan saat peringatan serangan udara dikeluarkan. Panduan baru tersebut memberikan arahan tambahan bagi warga yang tidak sempat mencapai tempat perlindungan, termasuk bagi mereka yang sedang mengemudi.

Langkah-langkah darurat ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran Taiwan terhadap ancaman nyata dari Beijing. Selama lima tahun terakhir, China semakin agresif menunjukkan tekanan militernya terhadap pulau yang memiliki pemerintahan demokratis itu, termasuk dengan mengirimkan jet tempur ke wilayah udara sekitar Taiwan hampir setiap hari.

Dalam kurun waktu 24 jam terakhir saja, Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan keberadaan 58 pesawat militer China, termasuk jet tempur, yang terdeteksi di sekitar wilayah pulau. Dari jumlah itu, 45 di antaranya melintasi garis median Selat Taiwan, yang secara informal dianggap sebagai zona penyangga antara kedua pihak.

Sementara itu, Presiden Taiwan Lai Ching-te-yang oleh pemerintah China dicap sebagai "separatis"-menegaskan kembali bahwa Taiwan adalah entitas berdaulat dan nasib pulau tersebut hanya bisa ditentukan oleh rakyatnya sendiri.

Ia secara konsisten mengajak Beijing untuk berdialog, namun tawaran tersebut selalu ditolak mentah-mentah.

China sendiri belum pernah mengesampingkan opsi penggunaan kekuatan militer untuk mengambil alih Taiwan.

Dalam simulasi serangan di Taipei, aparat kepolisian mengatur lalu lintas dengan meminta kendaraan menepi ke pinggir jalan.

Warga yang masih berada di luar diperintahkan mencari tempat berlindung, sementara sejumlah toko dan restoran menurunkan pintu besi dan mematikan lampu-langkah yang dirancang agar tidak menjadi sasaran empuk dalam skenario serangan malam hari.

Tepat 30 menit kemudian, sirine kembali berbunyi sebagai tanda bahwa situasi dinyatakan aman dan latihan selesai.

Latihan sipil ini berlangsung bersamaan dengan latihan militer terbesar sepanjang sejarah Taiwan, yang mencakup simulasi serangan terhadap sistem komando, infrastruktur penting, serta respons terhadap taktik "grey zone" dari China-mulai dari penyusupan militer hingga kampanye disinformasi untuk menguji ketahanan mental dan operasional Taiwan.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jurus China Hadang Taiwan: Putuskan Internet hingga Bangun Blokade

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular