Teror PHK 2023, 1/2 Juta Orang RI Bisa Kehilangan Pekerjaan

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
14 December 2022 15:10
Suasana sepi pabrik garmen PT. Fotexco Busana International, Gn. Putri, Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11/2022). (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)
Foto: Suasana sepi pabrik garmen PT. Fotexco Busana International, Gn. Putri, Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11/2022). (Tangkapan layar CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pabrik tekstil skala menengah-besar, dari hulu ke hilir ramai-ramai melakukan pemangkasan karyawan. Mulai dari mengurangi jam kerja, merumahkan dengan membayar upah 20%, tidak melanjutkan kontrak, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).

Hal itu disampaikan Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta.

Bahkan, Redma mengungkapkan, kini sudah ada lebih 100 ribu buruh tekstil yang terkena pemangkasan oleh perusahaan. Angka itu, ujarnya, bisa lebih besar lagi jika memperhitungkan tenaga penjahit industri kecil dan skala mikro.

"Kalau kondisi ini tidak segera diantisipasi pemerintah, bisa sampai 500 ribu orang di kuartal pertama tahun 2023 yang kena pengurangan. Tapi pemerintah nggak percaya," kata Redma kepada CNBC Indonesia dikutip Rabu (14/12/2022).

"Sekarang ini sudah ada sekitar 20 perusahaan garmen juga serat yang tutup. Mereka nggak lapor karena nanti akan disuruh bayar pesangon kalau PHK. Ada yang punya karyawan 1.000, disuruh masuk bergantian, ya cuma bersih-bersih pabrik, ngecat," tambahnya.

Pabrik-pabrik itu, ungkapnya, korban anjloknya order di pasar ekspor. Hingga menyebabkan penurunan produksi, dan perlahan harus menghentikan operasional.

"Mereka sambil nunggu angin. Kalau ada sinyal bagus, ada order lagi, jalan lagi. Buruh yang tadinya dirumahkan, kalau belum bekerja, bisa dipanggil lagi. Yang jelas, ada pengurangan karyawan, ada pabrik tutup, berlanjut sampai sekarang," katanya.

"Pemerintah nanti pasti tanya data. Ya silahkan saja cek ke PLN dan BPJS. Kalau kami sesama di industri ini kan langsung ketahuan, yang tadinya beli bahan baku tiba-tiba nggak beli. Nah, pemerintah koordinasi ke BPJS, mana pabrik tiba-tba nggak setor iuran, mana pabrik yang tiba-tiba konsumsi listriknya anjlok cek ke PLN. Pajak juga bisa dicek," kata Redma.

Dia berharap, pemerintah tidak terkecoh data nilai ekspor. Karena untuk pabrik tekstil RI yang hanya jadi penjahit merek global, hal itu tak menunjukkan kondisi sebenarnya.

"Kontrak order itu by volume, bukan nilai. Tadinya, order 1.000 lembar misal US$100 juta. Tapi karena bahan baku naik, demand turun, stoknya dia masih numpuk, dia pangkas order. Karena bahan baku naik dia memang misal bayar US$120 juta, tapi ordernya sudah jauh di bawah 1.000 lembar," jelas Redma.

"Karena bahan baku naik, diteruskan ke harga jual. Itu jadi kelihatan nilai ekspor naik," tukasnya.

Hanya Sementara

Secara terpisah, Vice President Federation of European Sporting Goods Industry (FESI) Manuel Pauser mengatakan, global shock yang ditimbulkan oleh pandemi saat ini hanya bersifat sementara saja.

Dia menyebutkan, industri perlengkapan olah raga (sporting goods) khususnya tetap mengalami pertumbuhan di pasar. FESI meyakini perekonomian akan dapat pulih dengan cepat, setidaknya hingga semester-II tahun 2023.

Hal itu disampaikan Pauser merespons pertanyaan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto terkait outlook industri pakaian jadi (apparel) tahun 2023. Saat bertemu di sela the 10th ASEAN-EU Business Summit di Brussel, 13 Desember 2022.

"Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya sangat baik menjaga roda perekonomian terus berjalan, meski terkena imbas pandemi Covid-19. Pabrik-pabrik yang dimiliki oleh pelaku usaha di sektor sporting goods masih bisa terus beroperasi dan menjaga suplai tetap berjalan," kata Pauser dikutip dari keterangan resmi Kemenko Perekonomian.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 6 Perusahaan Tekstil RI PHK Lebih 5.000 Orang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular