Hati-hati! Kombinasi Krisis Global Ini Sangat Berbahaya

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
Senin, 12/12/2022 15:25 WIB
Foto: Hadijah Alaydrus

Jakarta, CNBC Indonesia - Staf Ahli Menteri Keuangan Made Arya Wijaya mengingatkan terkait dengan tantangan ekonomi global yang beralih dari pandemi menjadi gejolak ekonomi.

Dia mengungkapkan konflik Rusia dan Ukraina telah mendorong kenaikan harga global terutama energi dan pangan, ini membuat kenaikan inflasi global. Bahkan, rekor inflasi tertingginya dalam beberapa dekade, terjadi di Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris dan Italia.

Alhasil, untuk menahan lonjakan inflasi, bank sentral negara maju merespon dengan kenaikan suku bunga dengan agresif. Sejak Maret hingga November 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 375 basis points (bps).


"Kenaikan suku bunga tersebut menyebabkan kenaikan volatilitas pasar keuangan global, terjadinya capital outflow di emerging market termasuk Indonesia yang berdampak terjadinya pelemahan nilai tukar dan melonjaknya kenaikan biaya utang (cost of fund)," kata Made dalam Dialog Pakar 2022 'Peran APBN dalam rangka Pemulihan Ekonomi dan Antisipasi Resesi', Senin (12/12/2022).

Beban utang yang tinggi ini ditakutkan akan menimbulkan bencana krisis utang. Pasalnya, selama pandemi, banyak negara di dunia yang mengelontorkan stimulus fiskal. Bersamaan dengan ini, tingginya inflasi global diyakini akan menekan pertumbuhan sehingga berujung pada stagflasi.

"Hal ini jelas merupakan kombinasi yang sangat berbahaya sehingga perlu melakukan kombinasi kebijakan dengan hati-hati," tegasnya.

Untungnya, di tengah eskalasi ketidakpastian ini, perekonomian Indonesia sepanjang 2022 masih positif. Ekonomi Indonesia, kata Made, berhasil tumbuh di atas 5% dalam empat kuartal terakhir.

Selain itu, laju inflasi Indonesia berada pada kuartal III mencapai 5,4%, jauh lebih moderat dibandingkan negara lain. Menurut Made, pencapaian ini tidak lepas dari peran APBN yang menjadi shock absorber untuk melindungi perekonomian dan masyarakat.

Oleh karena itu, ke depannya, dia mengungkapkan APBN akan tetap menjadi shock absorber untuk menghadapi kondisi krisis keuangan dunia.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025