Peru Masih Gonjang-Ganjing, Presiden Baru pun Diminta Mundur
Jakarta, CNBC Indonesia - Negara Amerika Selatan, Peru, masih gonjang-ganjing. Pasca Pedro Castillo digulingkan dan ditahan pekan lalu, kini Presiden Dina Boluarte yang menggantikannya diminta mundur.
Bahkan, protes terjadi meminta pemilihan baru dan pembebasan Castillo. Ini terlihat di sejumlah kota terutama banian utara dan Andean.
Protes juga menjadi mematikan di mana dua orang tewas dan lima terluka karena bentrokan dengan polisi Minggu. Ini terjadi di kota selatan Andahuaylas, ketika demonstran berupaya menyerbu bandara.
"Para pengunjuk rasa menembakkan ketapel dan melemparkan batu, sementara polisi membalas dengan gas air mata, gambar dari tempat kejadian disiarkan oleh TV lokal,"kata laporan radio RPP, dikutip AFP, Senin (12/12/2022).
"Sebuah kantor polisi di kota Apurimac, Huancabamba dibakar," tambahnya.
Sementara itu, organisasi masyarakat adat Peru juga menyerukan "pemogokan tak terbatas" mulai Selasa untuk mendukung Castillo. Mereka pun menuntut penangguhan kongres, pemilihan awal dan konstitusi baru.
Sebelumnya, Castillo yang berasal dari keluarga petani, lengser karena dianggap melakukan kudeta. Ini setelah ia mengumumkan status darurat dan membubarkan legislatif di negara itu.
Ia mengeluarkan dekrit. Namun kemudian hal itu gagal oleh legislatif dan berujung bui sejak Rabu minggu lalu.
Ia pun dituding melakukan korupsi. Kantor kejaksaan dilaporkan juga menuduhnya dengan "menjalankan organisasi kriminal".
Organisasi itu membagikan kontrak publik dengan imbalan uang. Istrinya Lilia Paredes dan saudara iparnya Yenifer Paredes juga diyakini terlibat, masuk menjadi bagian dari plot tersebut.
Boluarte yang wakilnya kemudian menjadi presiden. Demo terjadi di saat ia memperkenalkan kabinet barunya dan menunjuk Pedro Angulo sebagai perdana menteri (PM).
Perlu diketahui, gonjang-ganjing politik memang terus terjadi di Peru. Negara itu telah memiliki enam presiden dalam enam tahun.
Para presiden berputar-putar antara dipilih lalu kemudian tumbang seperti kartu domino. Salah satu penyebabnya adalah skandal korupsi di negara serta jurang besar antara kaya dan miskin.
"Pusat ketidakstabilan Peru adalah skandal korupsi yang telah mempengaruhi berbagai pemerintahan, yang menyelimuti seluruh kelas politik," kata Direktur Amerika Latin untuk pusat analisis risiko Grup Eurasia, Maria Luisa Puig.
Lima mantan presiden Peru menjadi target proses hukum untuk korupsi. Mereka adalah Alejandro Toledo, Ollanta Humala, Pedro Pablo Kuczynski, Martin Vizcarra dan sekarang, Castillo.
Sebenarnya mantan presiden Alan García juga mengalami hal serupa. Namun ia bunuh diri pada 2019 sebelum ditangkap karena dugaan korupsi.
(sef/sef)