
Yang Terjadi di Peru, Kala Presiden Digulingkan Sebab Kudeta

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejadian dramatis terjadi di Peru. Pedro Castillo digulingkan dari jabatan sebagai presiden di negara Amerika Selatan tersebut.
Kejatuhannya dari kekuasaan sangat cepat. Pria berusia 53 tahun itu kini menghadapi kemungkinan tuduhan kudeta.
Rangkaian peristiwa dimulai saat Rabu waktu setempat, ia memberikan pidato di televisi nasional. Ia kala itu, mengumumkan keadaan darurat di negaranya.
Castillo pun mengumumkan membubarkan kongres. Legislatif di Peru kebetulan dikendalikan oposisi.
"Menanggapi tuntutan warga di seluruh pelosok negeri, kami telah memutuskan untuk mendirikan pemerintahan luar biasa yang bertujuan menegakkan kembali supremasi hukum dan demokrasi," katanya.
"Kongres baru dengan kekuatan konstituen untuk menyusun konstitusi baru akan diadakan tidak lebih dari sembilan bulan," ujarnya.
Hal ini sebenarnya dimulai saat Kongres hendak melakukan pemakzulan terhadap dirinya. Ini merupakan yang ketiga kali, sejak dirinya menjabat 2021 lalu.
Ia dituding melakukan korupsi. Namun Castillo menegaskan itu akal bulus oposisi yang hendak mendongkelnya.
Setelah pengumuman darurat dilakukan Castillo, beberapa menteri mengundurkan diri sebagai bentuk protes. Mahkamah Konstitusi menyebut apa yang Castillp lakukan adalah kudeta.
Mengutip AFP, Castillo sempat hendak mencari suaka ke Meksiko. Namun pengawalnya justru menghentikannya.
Ia pun digantikan wakil presidennya Dina Boluarte. Perempuan yang memang telah menjauhkan diri dari Castillo itu kini menjadi presiden terbaru Peru.
Castillo sendiri kini ditahan. Kejaksaan Agung sedang mengumpulkan bukti dan penyelidik terlihat mengambil kotak-kotak dari istana presiden serta sejumlah kementerian.
6 Presiden Dalam 6 Tahun
Gonjang-ganjing politik memang terus terjadi di Peru. Negara itu telah memiliki enam presiden dalam enam tahun.
Para presiden berputar-putar antara dipilih lalu kemudian tumbang seperti kartu domino. Salah satu penyebabnya adalah skandal korupsi di negara serta jurang besar antara kaya dan miskin.
"Pusat ketidakstabilan Peru adalah "skandal korupsi yang telah mempengaruhi berbagai pemerintahan, yang menyelimuti seluruh kelas politik," kata Direktur Amerika Latin untuk pusat analisis risiko Grup Eurasia, Maria Luisa Puig.
Secara rinci, terdapat lima mantan presiden Peru menjadi target proses hukum untuk korupsi. Mereka adalah Alejandro Toledo, Ollanta Humala, Pedro Pablo Kuczynski, Martin Vizcarra dan sekarang, Castillo.
Sebenarnya mantan presiden Alan García juga mengalami hal serupa. Namun ia bunuh diri pada 2019 sebelum ditangkap karena dugaan korupsi.
Khusus kasus Castillo, kantor kejaksaan dilaporkan telah menuduhnya pula dengan "menjalankan organisasi kriminal". Organisasi itu membagikan kontrak publik dengan imbalan uang.
Istrinya Lilia Paredes dan saudara iparnya Yenifer Paredes juga diyakini terlibat. Mereka masuk menjadi bagian dari plot tersebut.
Mantan Guru Miskin yang Hendak Basmi Korupsi
Castillo sebenarnya berkuasa secara tak terduga. Dulunya, ia adalah seorang mantan guru sekolah pedesaan yang berkeliling negara dengan menunggang kuda selama kampanyenya.
Dia menampilkan dirinya sebagai orang yang rendah hati dan akan membasmi korupsi. Dia menjabat setelah kemenangan dalam pemilihan umum yang tipis seraya mengklaim bahwa elit ekonomi dan politik tradisional Peru 'membencinya karena asal usulnya yang buruk'.
"Tidak mungkin seorang petani memerintah negara," katanya dalam pidato terakhirnya di depan Kongres kala itu.
Konsultan politik GFP, mengatakan bahwa dukungan utama Castillo memang berasal dari salah satu daerah termiskin di negara itu. Peru sendiri merupakan negara di mana 26% penduduknya hidup dalam kemiskinan.
Secara umum, kemiskinan mempengaruhi 40% penduduk pedesaan Peru. Kekayaan di negara ini terkonsentrasi pada populasi yang sangat kecil dan kelas menengah hampir tidak ada.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Presiden Kurang dari 24 Jam, Politisi Ini Ditahan Polisi
