Inggris Hidupkan Lagi Tambang Batu Bara, NZE Jadi Sia-Sia?

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
09 December 2022 17:05
Tambang terbuka Banks Group Shotton di Northumberland, Britain,
Foto: REUTERS/Barbara Lewis

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri batu bara pernah membawa Inggris menjadi raja dunia di era penjajahan. Sempat ditinggalkan, kini Inggris membuka kembali pertambangan batu bara West Cumbria Mining di dekat Whitehaven, pantai barat laut Inggris.

Tambang tersebut akan menjadi yang pertama dibuka di Inggris dalam 30 tahun terakhir.

Diaktifkannya kembali tambang batu bara ini jelas bertolak belakang dengan yang selama ini digembar-gemborkan bahwa dunia harus berupaya untuk mengurangi emisi karbon demi menekan dampak perubahan iklim dan kenaikan suhu.

Lantas, apakah sia-sia sudah usaha maupun kampanye dunia untuk beralih ke energi yang lebih bersih?

Menjawab hal itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyatakan seharusnya negara maju bertanggung jawab atas penurunan gas emisi karbon dalam mendukung netral karbon atau Net Zero Emissions (NZE).

"Negara-negara maju itu punya tanggung jawab besar untuk menurunkan itu, sebenernya Net Zero Emissions (NZE) mereka harus lebih awal dari negara-negara berkembang," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/12/2022).

Fabby menambahkan, target netral karbon dari negara maju seharusnya justru lebih cepat daripada negara berkembang. Fabby mengungkapkan negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Perancis harus mendahului netral karbon di tahun 2040, ketimbang negara berkembang, seperti Indonesia yang menargetkan NZE di 2060 atau lebih cepat.

"Jadi menurut saya itu yang harus kita dorong, saya sih kalau bilang mereka NZE di 2040 sehingga memberikan waktu bagi negara seperti Indonesia melakukan transisi yang lebih berkeadilan," tuturnya.

Fabby menambahkan, dalam perjalanannya menuju pencegahan perubahan iklim hingga 2 derajat, maka negara maju harus mencapai puncak emisi atau emission peak sebelum 2030.

"Tapi kalau untuk mencegah krisis iklim temperatur di atas 2 derajat, negara-negara maju itu harus mencapai emission peak-nya sebelum 2030 dan NZE 2040. Artinya, mereka dalam waktu tidak terlalu lama sebelum 2030 menghentikan penggunaan batu bara baik untuk listrik maupun untuk produksi misal baja," tuturnya.

Untuk diketahui, revolusi industri Inggris pada 1760-1840 Masehi adalah bukti sahih bagaimana batu bara telah mengubah wajah perekonomian Inggris, bahkan dunia.

Penggunaan mesin uap yang mempercepat industrialisasi pada baja, kimia, hingga tekstil bertumpu pada batu bara. Lonjakan permintaan pun membuat produksi batu bara melambung dari 5,2 juta ton pada 1750 menjadi 62,5 juta ton pada 1850. Puncak produksi batu bara Inggris tercatat pada 1913 yakni 292 juta ton.

Lonjakan tersebut juga membuat Inggris terus menggali dan menggali sumber batu bara hingga ke dalam perut bumi. Industrialisasi kemudian juga membuka ratusan kilometer jalur kereta untuk mengangkut batu bara. Tenaga manusia hingga hewan kemudian terpinggirkan.

Revolusi Industri membantu Inggris menjadi penguasa dunia dengan melebarkan wilayah kekuasaan di sekitar 155 negara jajahannya. Imperialiasme modern yang bertumpu pada penjajahan ekonomi pun kemudian berkembang.

Namun, lonjakan penggunaan batu bara tidak hanya menghasilkan dampak negatif. Penggalian yang semakin dalam kerap membuat kecelakaan dan insiden besar terjadi.

Salah satu yang paling terkenal adalah tragedi Felling dekat Gateshead pada Mei 1812. Kejadian tersebut menewaskan 92 pekerja. Namun, bencana paling mematikan dalam sejarah industri batu bara Inggris terjadi di kota Senghenydd. Inisden pada 14 Oktober 1913 tersebut merenggut nyawa hingga 439 penambang.

Industri batu batu bara Inggris dengan cepat jatuh setelah 1960 karena volatilitas harga pasir hitam. Penutupan tambang-tambang mereka juga membuat industri batu bara Negara Three Lions ambruk.

Penutupan sejumlah tambang juga bagian dari upaya mereka untuk memensiunkan semua pembangkit listrik batu bara mereka pada 2025.

Dengan penutupan tambang-tambang milik mereka, produksi batu bara Inggris pun jeblok. Inggris masih memproduksi batu bara sebanyak 18,34 juta ton pada 2010, tetapi produksinya anjlok dan tak sampai single digit sejak 2015.

Pada 2021, Inggris hanya memproduksi batu bara sebanyak 1,1 juta atau 292 kali lebih rendah dibanding puncak produksi mereka pada puncaknya di 1913.

Jumlah tenaga kerja di industri tersebut juga anjlok dari 1,2 juta pada 1913 menjadi hanya sekitar 600 atau anjlok hampir 2.000 kali lipat.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berjaya di Era Penjajahan, Inggris Hidupkan Lagi Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular