Kabar Tak Sedap! Ekonomi RI Malah Turun di Akhir Tahun

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
09 December 2022 15:00
Infografis: Indonesia Masuk Jurang Resesi, Terus Aku Kudu Piye?
Foto: Infografis/Indonesia Masuk Jurang Resesi, Terus Aku Kudu Piye?/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV - 2022 berpotensi melambat. Angkanya bisa di bawah 5% secara tahunan.

"Kita lagi estimasi, tapi kurang lebih di sekitar 5% atau sedikit di bawah 5%," kata Kepala BKF Febrio Nathan Kacaribu saat ditemui di kawasan DPR RI, Jakarta, Kamis (8/12/2022).

Menurut Febrio, proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV ini dipengaruhi oleh semakin beratnya tantangan perekonomian pada akhir tahun, terutama dari sisi global. Perlambatan ekonomi global itu menurutnya makin berdampak ke dalam negeri.

Selain itu juga, proyeksi ini dipengaruhi juga faktor pertumbuhan ekonomi periode yang sama pada tahun lalu yang sudah terjaga di level atas 5%, dan konsisten hingga kuartal III - 2022 di level 5,72%. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2021 sebesar 5,02%.

"Cukup tinggi di kuartal IV tahun lalu, di kisaran 5%. Lalu di sisi lain kita sudah mulai melihat tanda-tanda bahwa kita harus antisipasi perlambatan ekonomi global. Ini yang harus kita antisipasi dan lakukan langkah-langkah supaya kita bisa meminimalisir dampaknya bagi ekonomi kita," tutur Febrio.

Febrio mengakui, memang ada faktor pengungkit pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV ini, seperti adanya penyelenggaraan KTT G20. Namun, kata dia, pada penyelenggaraan acara internasional itu baru mendorong dari sisi belanja turis, sedangkan komitmen investasi yang sudah terbangun baru akan terealisasi pada 2023.

"Aktivitas ekonomi kita secara langsung terpengaruh karena tourism terutama di daerah tujuan wisata dibandingkan tidak ada kegiatan G20," ucap Febrio.

"Tapi lebih dari itu dampak G20 terutama adalah memobilisasi dari modal, dari bisnis, yang berhasil kita lakukan itu banyak sekali. Mulai dari US$ 70an billion yang ada di beberapa inisiatif, terakhir di ETM ada US$ 20 miliar yang dari JETP, dan ada yang US$ 4-5 miliar dari save energi transition," ujar dia.

Kendati begitu, secara keseluruhan tahun ini, Ferbio mengatakan, pertumbuhan ekonomi masih bisa mencapai 5,2 persen atau sedikit di atas angka tersebut.

"Jadi, kita relatif untuk 2022 memang cukup solid, tantangan kita sekarang yang sedang kita siapkan justru adalah 2023. Kita berharap kita bisa terus mengantisipasi dan melakukan kebijakan-kebijakan yang kondusif untuk perekonomian kita," tambahnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas RI 'Diserang', Bos BI: Kita Harus Melindungi Diri!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular