Internasional

AS & Rusia Berlomba Jualan Senjata di Tetangga RI

luc, CNBC Indonesia
Kamis, 08/12/2022 16:40 WIB
Foto: Drone MQ-4C Triton (Navy/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pertahanan AS dan Rusia pada Kamis (8/12/2022) memamerkan senjata dan mempromosikan model pesawat di pameran senjata skala besar pertama Vietnam. Keduanya bersaing untuk mendapatkan pengaruh dan penjualan senjata di negara strategis Asia Tenggara yang berbatasan dengan China tersebut.

Acara di pangkalan udara Hanoi menarik 174 peserta pameran dari 30 negara, termasuk semua negara pembuat senjata besar kecuali China.

"Pameran senjata mewakili tahap baru dalam upaya Vietnam untuk mengglobal, mendiversifikasi, dan memodernisasi, dan Amerika Serikat ingin menjadi bagian darinya," kata duta besar AS di Vietnam Marc Knapper, dikutip Reuters.


Dia mengatakan Amerika Serikat ingin meningkatkan kerja sama militernya dengan Vietnam yang sebagian besar terbatas pada kapal penjaga pantai dan pesawat latih sejak berakhirnya embargo senjata pada 2016. AS juga siap untuk membahas kebutuhan pertahanannya, terutama pada kemampuan maritim.

Adapun, ietnam dan China telah terkunci dalam sengketa teritorial yang telah berlangsung lama atas kepulauan dan eksplorasi energi di Laut China Selatan, dengan kekhawatiran suatu hari nanti dapat menyebabkan konfrontasi.

China diundang untuk bergabung dalam pameran senjata tetapi menolak tawaran tersebut.

"Hanoi sekarang bertujuan untuk mendiversifikasi sumber senjata untuk tujuan melindungi negara," kata Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh.

Diversifikasi secara luas dipandang sebagai sarana untuk mengurangi ketergantungan senjata pada Rusia, meskipun analis menggarisbawahi bahwa setiap kemungkinan perubahan akan dilakukan secara bertahap.

Sementara itu, badan perdagangan senjata Rusia Rosoboronexport hadir di pameran tersebut dengan stan besar yang memajang drone Rusia, kendaraan lapis baja, helikopter, pesawat, dan senjata kecil.

"Kami siap untuk membahas kerja sama di bidang kemitraan industri dan pembangunan fasilitas infrastruktur," kata Direktur Jenderal Alexander Mikheev dalam sebuah pernyataan.

Rusia sejauh ini merupakan pemasok senjata utama ke Vietnam, mencakup 80% dari kebutuhannya, tetapi daya tariknya menurun baru-baru ini, sementara perang Ukraina dapat membatasi ekspor pertahanannya dan sanksi menghalangi pembeli potensial.

Di antara perusahaan yang memamerkan barang dagangan mereka adalah Colt milik Ceko, yang senjata ringannya termasuk yang paling banyak digunakan oleh tentara AS selama Perang Vietnam.

"Mantan musuh bisa menjadi teman," kata Jens Heider, direktur Colt untuk penjualan internasional, kepada Reuters.

Pameran tersebut juga merupakan kesempatan bagi perusahaan pertahanan Vietnam untuk menjajakan senjata mereka untuk pertama kalinya kepada calon pembeli internasional.

Viettel, sebuah perusahaan telekomunikasi milik tentara yang merangkap sebagai perusahaan pertahanan terbesar Vietnam, menampilkan radar, drone, dan sistem pengawasan baru, yang menurut para pejabatnya menarik perwakilan dari Mongolia, Kamboja, dan Belarusia di pameran tersebut.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AS-Rusia Pimpin Nuklir Dunia, Asia Mulai Ngebut