
Baca Baik-baik! Nih Ramalan Terbaru Soal Ekonomi Dunia

Laju inflasi di AS yang mencapai 7,7% (year on year) menurut UOB tampaknya telah menunjukkan inflasi telah mencapai puncaknya.
Selanjutnya, laju inflasi global yang bersumber dari inflasi inti diperkirakan akan mereda pada 2023, namun kemungkinan masih pada rata-rata pada sasaran 2%. AS kemungkinan mencapai rata-rata inflasi sebesar 3% pada 2023.
"Keseimbangan risiko inflasi tetap naik, dan biaya hidup di AS masih akan tinggi secara material, tercermin dari kenaikan biaya makanan dan tempat tinggal. Inflasi jasa akan tetap tinggi di tengah banyaknya permintaan," jelas UOB.
Adapun risiko dan beberapa potensi guncangan inflasi, serta putaran baru kenaikan harga energi global, gangguan baru dalam rantai pasokan, dan dampak berkelanjutan dari konflik Rusia-Ukraina, dan ancaman wage-price spiral masih akan membayangi.
Dalam laporan terpisah, DBS mengungkapkan inflasi harga pangan dan energi, serta biaya hidup telah menjadi masalah tahun ini di negara-negara kawasan Asia.
Kendati demikian, kenaikan inflasi secara keseluruhan tidak sedramatis seperti di negara-negara industri. Tekanan upah dapat diredam, karena pemulihan dari pandemi Covid-19 yang terbilang terlambat, juga karena kesenjangan output yang masih lebar. Sangat kontras dengan perkembangan ekonomi di Barat.
Selain itu, di banyak negara di Asia, harga listrik, bahan bakar dan makanan belum sepenuhnya terpengaruh oleh harga internasional.
"Karena pemerintah dan otoritas menggunakan pengendalian harga, menggelontorkan subsidi dan langkah-langkah insentif pajak untuk meredakan dampaknya," jelas DBS.
Secara umum, ekspektasi inflasi di kawasan Asia tidak akan terpengaruh oleh lonjakan harga di tahun ini, hal ini juga dengan melihat dari perkembangan historis yang ada.
(cap/mij)[Gambas:Video CNBC]
