Internasional

Tegas! Tetangga RI Ingin 'Singkirkan' China di LCS

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
02 December 2022 08:10
In this photo provided Sunday, March 21, 2021, by the Philippine Coast Guard/National Task Force-West Philippine Sea, some of the 220 Chinese vessels are seen moored at Whitsun Reef, South China Sea on March 7, 2021. The Philippine government expressed concern after spotting more than 200 Chinese fishing vessels it believed were crewed by militias at a reef claimed by both countries in the South China Sea, but it did not immediately lodge a protest. (Philippine Coast Guard/National Task Force-West Philippine Sea via AP)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengatakan negaranya harus menemukan cara untuk mengeksplorasi minyak dan gas di Laut China Selatan (LCS) bahkan tanpa kesepakatan dengan China.

Tak hanya itu, Marcos juga menekankan hak negaranya untuk mengeksploitasi cadangan energi di perairan yang diperebutkan banyak negara tersebut.

"Itu hal besar bagi kami, itulah mengapa kami harus berjuang (untuk apa yang menjadi milik kami) dan mengambil keuntungan jika memang ada minyak di sana," kata Marcos, dikutip dari Reuters, Jumat (2/12/2022).

Pada Juni lalu, pemerintah Filipina mengatakan pembicaraan tentang eksplorasi energi bersama antara Manila dan Beijing di Laut China Selatan telah dihentikan akibat kendala konstitusional dan masalah kedaulatan.

"Itu hambatannya, sulit untuk melihat bagaimana kita bisa menyelesaikannya. Saya pikir mungkin ada cara lain sehingga tidak harus G-to-G (government-to-government)," kata Marcos.

Pernyataan Marcos muncul setelah sekretaris urusan luar negerinya mengatakan pada Agustus bahwa Manila terbuka untuk pembicaraan baru dengan China mengenai eksplorasi minyak dan gas. Namun kesepakatan dengan China atau negara lain mana pun harus mematuhi undang-undang Filipina.

Filipina sangat bergantung pada bahan bakar impor untuk kebutuhan energinya, membuatnya rentan terhadap guncangan pasokan dan kenaikan harga minyak, yang telah membantu mendorong inflasi mendekati level tertinggi dalam 14 tahun terakhir.

Selama kunjungan tiga hari minggu lalu, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris menegaskan komitmen pertahanan Amerika ke Filipina dan menegaskan kembali dukungan untuk putusan arbitrase 2016 yang membatalkan klaim luas Beijing di Laut China Selatan.

Putusan, yang ditolak oleh China, menyatakan bahwa Filipina memiliki hak berdaulat untuk mengeksploitasi cadangan energi di dalam Zona Ekonomi Eksklusif sepanjang 200 mil.

Perusahaan Filipina PXP Energy Corp, yang memegang izin eksplorasi di Reed Bank, wilayah yang disengketakan, telah melakukan pembicaraan dengan China National Offshore Oil Corp tentang usaha patungan. Tetapi klaim Manila dan Beijing yang saling bertentangan telah mencegahnya melakukan pengeboran lebih lanjut dan mencapai kesepakatan dengan CNOOC.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma RI, Aksi China di LCS Juga Bikin Negara Ini Pusing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular