
Kisah Penambang Pasir Alor: Banting Setir Pasca Ditegur Alam

Alor, CNBC Indonesia - Berjarak 45 menit dari pusat kota, lokasi ini jadi pusat perhatian banyak orang. Keindahan pantai saat matahari terbenam serta keramahan warga membuat pengunjung tak pernah lupa dan ingin kembali lagi.
Adalah Tongke Lima Aimoli, wisata baru nan luar biasa berada di Kecamatan Alor Barat Laut, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Ini adalah lokasi terbaik untuk menikmati sunset," kata Omen Au, Ketua Kelompok Tongke Lima saat menerima kedatangan CNBC Indonesia akhir pekan lalu.
CNBC Indonesia berkesempatan mengunjungi langsung lokasi tersebut. Sayangnya waktu kedatangan kurang tepat, sebab hampir setiap hari hujan turun dan menutup momen terbenamnya matahari. Disampaikan Omen, waktu terbaik adalah ketika bulan Maret hingga Juli.
Omen menyebut periode itu sebagai musim puncak sejak daerah wisata dibuka pada awal 2021 silam. Banyak wisatawan datang dari desa lain hingga daerah lain di luar Nusa Tenggara Timur. Sehari bisa mencapai 50-60 orang.
Bersama belasan teman-temannya, Omen yang juga merupakan warga setempat, menyiapkan lahan yang bersih dan tertata. Pengunjung bisa datang hanya untuk melihat sunset atau tinggal sampai keesokan harinya menggunakan tenda.
Pantai tersebut juga aman untuk aktivitas berenang. Airnya jernih dan pasir putih akan membuat pengunjung betah berlama-lama. Aktivitas pengunjung dipastikan aman, cukup dengan membayar Rp 20.000. Termasuk parkir.
Beberapa nelayan juga berlabuh tidak jauh dari lokasi. Pengunjung bisa memesan ikan untuk langsung dimasak dan disantap. Warga setempat akan bersedia membantu mencukupi kebutuhan pengunjung dengan biaya yang sangat terjangkau. Minuman segar, pengunjung bisa memesan kelapa muda.
Sepanjang pantauan CNBC Indonesia, daerah wisata tersebut masih memiliki beberapa kekurangan. Antara lain, akses jalan menuju pantai yang rusak dan toilet. Hal ini ternyata disadari oleh Omen.
"Masih banyak keluhan yang datang dan kami akan memperbaikinya," ujar Omen.
![]() Pantai Tongke Lima, Alor Barat, Nusa Tenggara Timur. (CNBC Indonesia/ Maikel Jefriando) |
Alih Profesi Penambang Pasir
Sebelum dibukanya Tongke Lima, Omen dan teman-temannya adalah penambang pasir. Cukup tingginya kebutuhan dan mudahnya cara untuk mendapatkan bahan baku membuat Omen tertarik. Untuk satu truk, dengan 3 orang pekerja, dia bisa meraup Rp400.000 - Rp 500.000.
Pekerjaan tersebut dilakoni warga dalam satu dekade terakhir. Sampai kemudian, dia menyadari bahwa makin lama air laut terus mengikis bibir pantai. Tembok yang tadinya dibangun di pinggir pantai kini sudah hancur.
"Kita perhatikan ini air laut terus naik, kita juga takut," kata Omen.
![]() Pantai Tongke Lima, Alor Barat, Nusa Tenggara Timur. (CNBC Indonesia/ Maikel Jefriando) |
Pada waktu yang bersamaan, tepatnya 2019, WWF Indonesia menjelaskan situasi yang kini dialami di lingkungan tersebut. Pendekatan dilakukan secara bertahap agar tidak ada lagi penambangan pasir.
"Nah 2021 itu kita dampingi dan kita dorongan kelompok melalui SK dari desa, terus bantu susun AD ART kelompok. Mereka tahu mereka akan buka usaha seperti apa," kata Alda Rizkia Nimatila, Marine Tourism Officer for Alor MPA.
Menurut Alda, warga merasakan langsung dampak negatif dari penambangan pasir tersebut. Sehingga mau segera beralih kepada usaha yang lebih berkelanjutan. Pendampingan dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan warga tentunya.
![]() |
Selain lokasi yang indah, warga tersebut juga memiliki kebudayaan yang unik. Salah satunya tarian yang rencananya akan ditampilkan setiap akhir pekan untuk menghibur pengunjung. Gambarannya seperti pertunjukan yang ditampilkan di Uluwatu, Bali.
"Kita cari sustainable financing mereka, salah satunya dengan pariwisata," terang Alda. WWF Indonesia, lanjut Alda melakukan pendampingan secara konsisten agar anak-anak muda tersebut tidak kembali ke pekerjaan lama mereka.
Sadrat, Penasehat Kelompok Tongke Lima, melihat perubahan yang signifikan. Terutama pada aktivitas anak muda yang kini juga mendapatkan penghasilan namun tidak merusak lingkungan.
"Anak muda di sini dulu kacau-kacau," tegasnya. Namun, dia mengatakan kondisi perlahan berubah.
"Dengan Tongke Lima ini, semua ada di sini. Ikut dalam usaha tadi. Penghasilan juga menjadi lebih baik," ungkap Sadrat menutup diskusi soal daerahnya.
(mij/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada 'Awan Gelap' Ekonomi 2023, Begini Bocoran Bisnis Wisata