Ada Transisi Energi, Gimana Nasib Bisnis BBM Pertamina?
Nusa Dua, CNBC Indonesia - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyampaikan pembangunan kilang BBM masih cukup feasible terutama di tengah target pencapaian net zero emission pada 2060. Pasalnya, hal tersebut sudah menyesuaikan dengan kebutuhan pasar.
"Kan ada hitungan ekonomi, IRR. Tapi kebutuhan proyek di-drive market. Kebutuhan konsumsi kita berapa sih sampai 2060 saat emisi karbon. Selama masih sejalan, kita review," kata Direktur Utama PT Pertamina Kilang Internasional Taufik Aditiyawarman di Nusa Dua Bali, Kamis (24/11/2022).
Oleh sebab itu, Taufik memastikan pembangunan New Grass Root Refinery and Petrochemical (NGRR) atau Kilang Tuban tetap jalan. Terutama di tengah kondisi dunia yang saat ini dilanda ketidakpastian akibat perang antara Rusia dan Ukraina.
Menurut dia perusahaan asal Rusia yakni Rosneft tetap berkomitmen untuk merampungkan pembangunan proyek kilang Tuban. Sekalipun saat ini Rusia tengah dilanda perang. "Sejauh ini (Rosneft) masih komit. 45:55 sahamnya. Jadi harus persetujuan mereka," kata Taufik.
Seperti diketahui, Pertamina melalui Subholding Refinery & Petrochemical, PT KPI memiliki kepemilikan saham 55% dan Rosneft memiliki kepemilikan saham 45%.
Berdasarkan data Pertamina, proyek kilang minyak ini ditargetkan bisa memproduksi BBM dengan standar Euro V dan menghasilkan 12,8 juta kilo liter (kl) per tahun, meliputi avtur 1,49 juta kl, diesel 5,2 juta kl, RON 92 5,95 juta, dan RON 95 0,16 juta kl.
Selain BBM, kilang Tuban ini juga ditargetkan bisa memproduksi 4,70 juta ton petrokimia per tahun, terdiri dari 1,3 juta ton paraxylene, 510 ribu ton styrene, 650 ribu ton LLDPE/HDPE, 1,16 juta ton polypropylene, 407 ribu ton sulfur, 500 ribu ton MEG, dan 173 ribu ton MTBE secara tahunan.
(pgr/pgr)