Melawan Sejarah, Piala Dunia 2022 Terancam Sepi

Maesaroh, CNBC Indonesia
19 November 2022 17:00
SOCCER-WORLDCUP/QATAR
Foto: (REUTERS/JOHN SIBLEY)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar akan resmi dimulai dalam hitungan jam. Namun, keriuhan dan hype yang biasa bergema sebelum Piala Dunia seperti lenyap tahun ini.

Atmosfer Piala Dunia yang biasanya hadir dalam alunan theme song, hilir mudiknya iklan bertema Piala Dunia, keriuhan di media sosial, ataupun promosi nonton bareng (nobar) belum kencang terasa hingga sehari sebelum Piala Dunia 2022 digelar.

Ada sejumlah alasan mengapa Piala Dunia 2022 Qatar tidak seramai pada tahun-tahun sebelumnya.  Waktu penyelenggaraan yang tak biasa, isu hak asasi manusia (HAM), banyaknya kontroversi terkait tuan rumah, hingga banyaknya platform yang menyediakan siaran Piala Dunia menjadi alasan mengapa Piala Dunia tahun ini seperti lebih sepi.

Seperti diketahui, kick-off Piala Dunia 2022 akan dimulai pada Minggu (20/11/2022) sementara final akan dilangsungkan pada 18 Desember mendatang.

Opening ceremony akan digelar di Al Bayt Stadium, Al Khor, pada pukul 21:42 WIB dengan dimeriahkan sejumlah penyanyi seperti pentolan BTS Jungkook dan penyanyi India Nora Fatehi.  Opening ceremony akan dilanjutkan dengan pertandingan perdana yang mempertemukan tuan rumah Qatar melawan Ekuador.

Piala Dunia 2022 akan melibatkan 32 tim dengan total pertandingan sebanyak 64 di delapan stadium.

Tahun ini akan menjadi event pertama Piala Dunia yang digelar pada akhir tahun atau menjelang musim dingin.  Dalam 22 penyelenggaraan Piala Dunia yang sudah berlangsung sejak 1930, event tersebut selalu digelar menjelang atau selama musim panas yakni antara Mei, Juni, dan Juli. Pada bulan-bulan tersebut, liga sepak bola sudah mengakhiri perjalanan satu musimnya.

Soccer Football - FIFA World Cup Qatar 2022 Preview - Doha, Qatar - November 13, 2022 General view of a replica World Cup trophy outside the Al Thumama Stadium REUTERS/John SibleyFoto: (REUTERS/JOHN SIBLEY)
Soccer Football - FIFA World Cup Qatar 2022 Preview - Doha, Qatar - November 13, 2022 General view of a replica World Cup trophy outside the Al Thumama Stadium REUTERS/John Sibley


Waktu penyelenggaraan Piala Dunia 2022 pada Desember yang tak umum ini juga yang membuat kemeriahan Piala Dunia di Qatar seolah tenggelam. Pasalnya, Piala Dunia berlangsung saat liga-liga sepak bola di dunia masih berjalan. Liga-liga pun terpaksa berhenti di tengah musim.

Liga Premier Inggris, misalnya, baru menyelesaikan pekan ke-15 pada 13 November lalu atau hanya berjarak tujuh hari dari perhelatan Piala Dunia.

Saat mood atau atmosfer kerasnya persaingan di liga lokal masih sangat terasa, Piala Dunia tiba-tiba hadir. Jeda waktu yang sangat sedikit ini juga membuat persiapan tim nasional sangat mepet menjelang Piala Dunia.

Pada penyelenggaraan sebelumnya, atmosfer Piala Dunia sudah dibangun setidaknya sebulan sebelumnya. Pertandingan persahabatan atau drama seputar persiapan tim nasional akan mewarnai banyak pemberitaan yang membangun atmosfer tersebut.

Piala Dunia 2022 diselenggarakan pada Desember karena suhu Qatar mencapai 40 derajat Celcius pada musim panas. Kondisi tersebut bisa memicu dehidrasi.

Suhu pada Desember lebih rendah yakni di kisaran 33-34 derajat Celcius pada siang hari dan 26 derajat Celcius pada malam hari.

"Suhu di Qatar tetap akan berada di atas 30 derajat Celcius. Ini lebih panas dibandingkan rata-rata suhu normal Eropa utara. Pemain akan memaksimalkan fisik mereka demi pertandingan sehingga akan membebani jantung, paru-pau, dan sistem peredaran darah," tutur Jack Wilson, ilmuwan di bidang oleh raga di Porsche Human Performance Centre, dikutip dari ESPN.

Kurang bergemanya theme song juga menjadi alasan lain mengapa Piala Dunia Qatar Nampak sepi. Theme song Piala Dunia adalah salah satu yang paling dinanti selain tentunya maskot yang dipilih.

Pada penyelenggaraan sebelumnya, theme song biasanya sudah populer sebulan sebelum kick off.

Salah satu theme song Piala Dunia yang populer yakni Waka Waka (This Time for Africa)"  dirilis pada 7 Mei 2010 atau sebulan sebelum kick of tetapi gaungnya langsung menyebar di masyarakat dengan cepat.

Lagu yang dipopulerkan Shakira tersebut bahkan mampu menjadi salah satu single dengan penjualan tertinggi sepanjang masa. Video Waka Waka hingga kini sudah ditonton 3,2 miliar kali.

Theme song Piala Dunia 2022 "Hayya Hayya (Better Together)" sebenarnya sudah dirilis sejak April 2022 atau tujuh bulan. Namun, theme song yang dinyanyikan oleh Trinidad Cardona, Davido, dan  Aisha tersebut kurang populer.

Video musiknya yang dirilis di platform Youtube baru ditonton 32,6 juta kali hingga hari ini.

Banyaknya kontroversi seputar penunjukan juga membuat gaung Piala Dunia tidak sekencang biasanya. Berita kontroversi penunjukan Qatar dan banyaknya isu pelanggaran HAM selama persiapan justru berhembus lebih kencang.

Qatar terpilih sebagai rumah Piala Dunia 2022 sejak 2010. Negara di kawasan Teluk berpenduduk 2,8 juta tersebut mengalahkan Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Namun, terpilihnya Qatar dibarengi dengan sejumlah kontroversi. Negara yang beribukota di Doha tersebut dicurigai telah menyuap sejumlah pejabat FIFA untuk menjadi tuan rumah. Mantan Presiden FIFA Sepp Blater, mantan Presiden UEFA Michel Platini, serta 16 pejabat FIFA bahkan ikut terseret.

Awal November lalu, Blatter mengakui terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah merupakan sebuah kesalahan.

"Qatar merupakan sebuah kesalahan. Pilihan yang buruk. Qatar terlalu kecil sebagai negara penyelenggara Piala Dunia. Sepak bola dan Piala Dunia juga terlalu besar untuk itu," tutur Blatter, dikutip dari Reuters.

Selain penunjukan yang kontroversial, Qatar juga banyak dikecam karena dinilai banyak melakukan pelanggaran HAM terhadap pekerja migran dan kaum wanita.

Qatar sendiri menghabiskan anggaran hingga US$ 200 miliar untuk mensukseskan Piala Dunia. Anggaran tersebut 20 kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang dihabiskan Rusia yang menjadi tuan rumah pada 2018.

The Guardian melaporkan setidaknya 6.500 pekerja migran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka tewas di Qatar sejak ditunjuk tuan rumah. Kebanyakan dari mereka adalah pekerja konstruksi.

Ketatnya peraturan serta mahalnya tiket dan sewa hotel juga membatasi antusiasme fans laur negeri untuk mendukung secara langsung.  Selain melarang lesbian, gay, bisexual and transgender (LGBT) dan free sex, Qatar juga membatasi penjualan alkohol.

Kehadiran keluarga pemain juga diperkirakan tidak akan sebanyak pada perhelatan Piala Dunia sebelumnya.

Qatar masih mengizinkan penonton untuk membeli bir tiga jam sebelum kick off dan satu jam setelah peluit berakhirnya pertandingan dibunyikan.

Namun, penonton dilarang membeli bir selama pertandingan berlangsung. Harga bir juga tidak murah yakni US$ 13,73 untuk satu botol berisi 500 ml atau sekitar Rp 215.300.

Penggemar bola yang ingin menonton langsung juga harus merogoh kantong dalam-dalam.

Dilansir dari Reuters, tiket pertandingan untuk pertandingan final rata-rata dibanderol US$ 812 atau Rp 12,7 juta. Tiket tersebut 40% lebih mahal dibandingkan pada final Piala Dunia 2018 di Rusia.

Studi Keller Sports menunjukkan rata-rata tiket pertandingan di Piala Dunia Qtar mencapai 286 pounds atau Rp 538.252. Harga tersebut menjadi yang termahal dalam 20 tahun terakhir.

Selain tiket, biaya penginapan di Qatar juga tidak murah. Dilansir dari hoteliermiddleeast.com, sewa hotel bintang 2 di Doha berkisar US$ 120 atau Rp 1,9 juta sementara hotel bintang 5 di kisaran US$ 769 atau Rp 12 juta per malam.

Panitia memang menyediakan penyewaan kabin di Free Zone fan village yang lebih terjangkau dan berlokasi 20 menit dari Doha. Sewa kamar termurah di tempat tersebut berkisar US$ 114 per malam atau sekitar Rp 1,8 juta.

Tempat tersebut juga menawarkan menginap satu malam dengan suasana di bawah bintang senilai US$ 423 per malam.

"Terlalu mahal untuk tinggal di hotel atau menyewa kamar melalui AirBnB di Doha," tutur salah satu penonton Jimmy Leung, kepada CNN.

Alasan lain mengapa gaung Piala Dunia 2022 kurang terasa adalah banyaknya platform yang menyiarkan media atau berita seputar Piala Dunia.

Bila dulu masyarakat hanya bisa mengakses pertandingan atau berita seputar Piala Dunia melalui televisi maka sekarang sejumlah platform sudah tersedia.

Terdapat broadcaster yang menyediakan siaran pertandingan secara gratis tetapi ada pula platform berbayar yang juga menyiarkan pertandingan yang bisa diakses kapanpun.

Dengan adanya banyak platform maka perhatian penonton tidak bertumpu pada satu media sehingga keriuhan pun terpecah.

Dengan sejumlah persoalan yang membayangi Piala Dunia 2022 menarik ditunggu apakah Piala Dunia tahun ini memang akan menjadi event yang "sepi" atau sebaliknya akan berbalik arah menjadi penuh keriuhan setelah peluit kick off dibunyikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular