
Investor Asing Tarik Duit, Neraca Pembayaran Indonesia Tekor!

Transaksi berjalan membukukan surplus sebesar US$ 4,38 miliar pada kuartal III-2022 atau 1,28% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Surplus tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2021 yang tercatat US$ 4,96 miliar atau 1,65% dari PDB.
Surplus pada transaksi berjalan ditopang oleh kinerja ekspor barang. Pada kuartal III-2022, ekspor barang Indonesia menembus US$ 77,84 miliar. Angka tersebut melonjak 26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor tercatat US$ 60,32 miliar. Lonjakan harga komoditas seperti batu bara, nikel, dan minyak sawit mentah (CPO) membuat ekspor Indonesia melambung.
Namun, defisit pada neraca jasa meningkat menjadi US$ 5,27 miliar pada kuartal III-2022 sejalan dengan meningkatnya pemulihan ekonomi domestik dan permintaan impor.
Besarnya surplus pada ekspor barang mampu menutupi semakin melebarnya neraca ekspor impor jasa dan pendapatan primer.
Pada perdagangan jasa, tercatat defisit sebesar US$ 5,27 miliar, lebih besar dibandingkan pada kuartal II-2022 yang tercatat US$ 4,94 miliar.
Secara historis, Indonesia hampir selalu membukukan defisit pada neraca jasa karena masih menggunakan banyak tenaga kerja asing di sejumlah sektor, seperti transportasi dan jasa keuangan
Meningkatnya impor akan berdampak besar terhadap defisit pada neraca jasa karena bertambahnya pembayaran impor jasa (freight).
Defisit neraca jasa sedikit teredam oleh meningkatnya devisa dari wisatawan mancanegara (wisman). Pada kuartal III-2022, devisa dari wisman tercatat US$ 2,2 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan pada kuartal II-2022 yang tercatat US$ 1,4 miliar.
Neraca pendapatan primer juga mencatatkan defisit sebesar US$ 9,3 miliar, menurun tipis dibandingkan kuartal II-2022 tercatat US$ 9,4 miliar. Sementara itu, neraca pendapatan sekunder pada kuartal III-2022 tercatat US$ 1,4 miliar atau turun tipis dibandingkan US$ 1,5 miliar.
Termasuk dalam kelompok pendapatan sekunder adalah penerimaan remitansi dai pekerja migran Indonesia di luar negeri. Penerimaan remitansi dari sekitar 3,4 juta pekerja migran Indonesia mencapai US$ 2,4 miliar pada kuartal III-2022. Jumlah tersebut membaik dibandingkan US$ US$ 2,4 miliar pada kuartal II-2022.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus pada transaksi berjalan akan berlanjut hingga kuartal IV-2022. Namun, surplus kemungkinan menyusut karena melandainya harga komoditas serta lonjakan impor.
Dia juga mengingatkan defisit transaksi finansial bisa melebar karena ada kewajiban pembayaran hasil investasi asing.
"Ekspor juga bisa melandai karena ancaman resesi. Kami memperkirakan transaksi berjalan akan membukukan surplus sebesar 0,45% dari PDB. Kami juga memperkirakan transaksi modal dan finansial akan terus mengalami downside risks yang bisa menekan potensi inflow," tutur Faisal, dalam MacroBrief.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]
