CNBC Indonesia Research

Pasca 'Kekacauan 45 Hari', Inggris Terancam Resesi Panjang!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 November 2022 07:10
bank of england
Foto: Reuters

Biro Statistik Inggris pada Jumat (11/11/2022) pekan lalu melaporkan produk domestik bruto (PDB) di kuartal III-2022 mengalami kontraksi sebesar 0,2% dari kuartal sebelumnya. Sementara jika dilihat dari kuartal III-2021, PDB mampu tumbuh 2,4%.

Jika di kuartal IV nanti PDB kembali mengalami kontraksi, maka Inggris dikategorikan masuk resesi teknikal.

Resesi terpanjang dalam sejarah yang bisa dialami Inggris bukan kaleng-kaleng. Prediksi tersebut diungkapkan langsung oleh bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).

"Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan terus merosot selama 2023 dan berlanjut hingga semester I-2024 akibat tingginya harga energi dan pengetatan kondisi finansial akan membebani belanja rumah tangga," kata BoE.

Tingkat pengangguran diprediksi akan naik dua kali lipat menjadi 6,5% selama dua tahun ke depan, saat perekonomian merosot.

Hal itu diungkapkan saat menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3% pada Kamis pekan lalu.Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar dalam 33 tahun terakhir.

Dengan kebijakan fiskal yang lebih ketat, tentunya Inggris berisiko mengalami resesi yang dalam dan panjang.

Deutsche Bank memperkirakan Office for Budget Responsibility (OBR), institusi publik non-departemen yang dibentuk Kementerian Keuangan Inggris, akan memproyeksikan perekonomian akan mengalami resesi yang "dalam dan berkepanjangan" di 2023, dan pertumbuhan masih akan rendah hingga 2025.

Hal ini membuat pemerintah Inggris diperkirakan baru akan menaikkan pajak dan mengurangi belanja pada 2025.

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular