
Panas Dingin & Duri Dalam Daging Negara Jelang G20 Bali

Status sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan super power tak selalu membuat AS disukai banyak negara. Kebijakan ekonomi dan politik Paman Sam bahkan kerap membuat negara lain merugi dan meradang.
Dari semua anggota G-20, AS paling sering bersitegang dengan China. Namun, seperti pepatah tidak ada sekutu yang abadi. Arab Saudi yang selama ini dikenal sekutu dekat AS malah tengah berbalik memusuhi Paman Sam.
Ketegangan China dan Amerika pada tahun ini dipicu oleh sejumlah isu mulai dari kunjungan Ketua DPR Nancy Pelosi ke Taiwan pada awal Agustus, larangan ekspor chip AS ke China, dan persoalam muslim Uighur.
Kunjungan Pelosi ke Taiwan pada Agustus lalu membuat China langsung mengintensifkan latihan militer. Aktivitas ini langsung membuat geopolitik kawasan Pasifik memanas.
China menuduh kunjungan Pelosi adalah bentuk provokasi AS sebagai bentuk dukungan kemerdekaan Taiwan. Padahal, China menganggap Taiwan sebagai wilayah kekuasannya.
Ketegangan China dan Amerika memasuki babak baru pada Oktober saat Presiden Biden melarang ekspor semikonduktor ke China. Langkah tersebut dinilai sebagai upaya Negara Paman Sam mengurangi kedigdayaan China di bidang ekonomi.
Kebijakan larangan ekspor akan mengurangi transfer teknologi dari Amerika Serikat ke China. Selain itu, kemampuan China untuk memproduksi semikonduktor akan menurun.
AS juga bersitegang dengan China lagi setelah munculnya rumusan "Uighur Forced Labor Prevention Act" atau "Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur" oleh AS.
China menilai hal tersebut sebagai bentuk kebohongan AS karena tidak ada kerja paksa.
Selain dengan China, Amerika juga bersitegang Arab Saudi karena persoalan minyak dan tudingan HAM.
Seperti diketahui, awal Oktober lalu Arab Saudi dan kartel OPEC+ memangkas produksi minyak demi menjaga harga. Keputusan itu membuat Presiden Biden marah karena upaya AS untuk meredam harga minyak terganggu. AS sendiri memutuskan untuk melepas cadangan minyak strategis mereka demi menekan lonjakan harga minyak.
Hubungan kedua negara juga memburuk setelah Pangeran Arab Saudi Abdullah bin Faisal al Saud dipenjara setelah kembali dari AS. Abdullah dipenjara karena komentarnya tentang negaranya. Bahkan, warga Arab Saudi yang tengah tinggal di AS juga dilaporkan sedang menjadi sasaran penangkapan karena komentarnya tentang kerajaan.
AS menilai langkah Arab Saudi ini melanggar HAM.
Selain dengan China, Rusia, dan Arab Saudi, Amerika Serikat juga bersitegang dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. AS kesal dengan Turki yang bersikap netral terhadap invasi Rusia ke Ukraina dan ogah menjadikan Rusia sebagai musuhnya.
Kedua negara juga sempat bersitegang karena Turki tidak kunjung memberi lampu hijau Swedia dan Finlandia masuk NATO.