Di G-20 Afsel, Sri Mulyani Sorot Inflasi, Pasar Karbon-Pendanaan Iklim

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
19 July 2025 13:00
Menkeu RI, Sri Mulyani, Instagram/Smindrawati
Foto: Menkeu RI, Sri Mulyani, Instagram/Smindrawati

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menghadiri Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G-20 ketiga di bawah Presidensi Afrika Selatan, yang berlangsung pada 17-18 Juli 2025.

Dalam pertemuan ini, para pejabat keuangan negara G-20 menyoroti dampak serius dari konflik bersenjata, tensi geopolitik, perdagangan yang terfragmentasi, hingga bencana iklim ekstrem terhadap perekonomian global.

"Perdagangan dan investasi seharusnya berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai kemajuan bersama, yakni menciptakan nilai tambah yang dapat dirasakan oleh seluruh pihak yang terlibat," ujar Sri Mulyani dalam siaran pers yang diterima CNBC Indonesia, Sabtu (19/7/2025).

Diskusi utama mencakup berbagai isu strategis seperti ekonomi global, arsitektur keuangan internasional, keuangan berkelanjutan, sektor keuangan, infrastruktur, perpajakan internasional, dan kesehatan global.

Di tengah tekanan fiskal dan ketidakpastian global, Menkeu menekankan pentingnya reformasi struktural dan perlindungan kelompok rentan.

"Kami bekerja sama dengan otoritas moneter untuk menciptakan kepercayaan dan stabilitas. Inflasi 1,6%, defisit fiskal 2,5%," jelas Menkeu.

Mengenai arsitektur keuangan internasional, Sri Mulyani mendorong sistem yang inklusif dan mampu merespons perkembangan cepat di sektor keuangan, termasuk munculnya aset kripto dan mata uang digital. Bank Pembangunan Multilateral (MDB) pun didorong menjalankan rekomendasi dari G20 MDB Roadmap dan Laporan Capital Adequacy Framework.

Dalam isu keuangan berkelanjutan, negara anggota G-20 sepakat pentingnya koordinasi global, interoperabilitas pembiayaan iklim, serta penguatan aksi adaptasi dan ketahanan. Indonesia disebut telah mengalokasikan lebih dari 50% anggaran iklim (US$ 2,5 miliar per tahun) untuk adaptasi, seperti pinjaman UMKM hijau, asuransi pertanian, dan infrastruktur tahan iklim.

Sri Mulyani juga memaparkan upaya Indonesia dalam transisi rendah karbon, termasuk peluncuran bursa karbon IDXCarbon dan Disaster Pooling Fund. IDXCarbon merupakan sebuah bursa karbon nasional yang terbuka bagi partisipasi global dan sesuai standar internasional. Platform nasional Indonesia pun menyelaraskan upaya publik-swasta untuk meningkatkan efektivitas pendanaan iklim.

"Namun, keuangan publik saja tidak akan cukup, kita perlu menarik modal swasta dan pasar karbon adalah salah satu alat utamanya," tegas Menkeu.

Dalam pembahasan infrastruktur, para anggota G20 menyatakan peningkatan investasi infrastruktur yang berkualitas sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang lebih cepat dan berkelanjutan.

Sementara itu, di isu perpajakan internasional, Sri Mulyani menyoroti pentingnya arsitektur perpajakan global yang adil dan stabil. Indonesia telah menerapkan ketentuan Pajak Minimum Global (Pillar Two) dan sedang merampungkan Subject-to-Tax Rule.

Ia juga menyoroti risiko keterlambatan penyelesaian Pilar Satu serta maraknya pajak digital unilateral yang bisa mengganggu kepastian sistem perpajakan global. Delegasi G-20 menyambut laporan OECD dan Inclusive Framework tentang transparansi pajak serta penguatan mobilisasi sumber daya dalam negeri.

Dalam pembahasan sektor keuangan, anggota G-20 menegaskan kembali komitmen terhadap inklusi keuangan dan stabilitas sistem keuangan global. Peran Lembaga Keuangan Non-Bank (LKNB) yang meningkat turut dibahas, termasuk data dan risiko leverage yang diawasi oleh FSB.

Di sela-sela agenda utama, Menkeu RI melakukan pertemuan bilateral dengan Menkeu Australia Jim Chalmers, Menkeu Kanada François-Philippe Champagne, dan Menkeu Arab Saudi Mohammed Abdullah Al-Jadaan.

Pertemuan tersebut membahas isu strategis, termasuk kerja sama multilateral yang krusial bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi global.

Seperti, langkah mitigasi dampak tarif perdagangan dengan Menteri Keuangan Australia, peluang kerja sama di sektor energi dengan Menteri Keuangan Kanada, dan investasi serta peningkatan jasa haji umrah dengan Menteri Keuangan Arab Saudi.

Pada isu keuangan dan kesehatan global, G-20 menekankan pentingnya efisiensi belanja kesehatan, mobilisasi sumber daya domestik, serta koordinasi pendanaan internal dan eksternal untuk kesiapsiagaan pandemi.

Pertemuan juga menyambut baik simulasi lintas kementerian untuk respons pandemi serta laporan terbaru Framework for Economic Vulnerabilities and Risks (FEVR) dan Operational Playbook for Pandemic Response.

Lewat kehadiran aktif ini, Indonesia menegaskan komitmennya dalam memperkuat sinergi global demi kesejahteraan bersama, serta mendorong reformasi sistem keuangan internasional menuju ekonomi yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Ungkap Kengeriaan, Dunia Tak Sama Seperti 50 Tahun Lalu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular