Sri Mulyani Blak-blakan, AS Juga Sumber Masalah Dunia!
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan suka atau tidak suka, kebijakan moneter oleh bank sentral negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) pasti akan berimbas kepada perekonomian negara lainnya.
Oleh karena itu, bendahara negara itu tak menampik bahwa The Federal Reserve merupakan salah satu sumber yang menyebabkan inflasi meningkat di banyak negara.
Peningkatan suku bunga agresif yang dilakukan The Fed, kata Sri Mulyani mempengaruhi terganggunya pasokan pasca pandemi Covid-19, di tengah juga adanya tensi geopolitik Rusia dan Ukraina.
"Ini seperti menciptakan respons besar dari The Fed dengan meningkatkan suku bunga dalam kecepatan yang sangat tinggi, konsekuensi untuk mereka (banyak negara) itu sangat jelas," jelas Sri Mulyani dalam Bloomberg CEO Forum, Jumat (11/11/2022).
Di tambah, mata uang dolar AS sampai saat ini masih menjadi mata uang dengan predikat transaksi terbesar di dunia, yang membuat mata uang di banyak negara melemah.
"Sehingga ini menciptakan apa yang disebut imported inflation," tuturnya.
Oleh karena itu, menurut Sri Mulyani kebijakan bank sentral dalam mengatur suku bunga , lewat kebijakan well planned atau diplanning dengan baik dinilai terlalu ambisius.
Mengingat, tidak ada yang bisa menebak ke depan akan seperti apa. Perang Rusia dan Ukraina saat ini menyebabkan ketidakstabilan yang tinggi, di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai.
"The Federal Reserve melihat tingginya inflasi saat itu bersifat sementara karena disrupsi supply karena pandemi. Nyatanya kemudian terjadi konflik, yang menyebabkan ketidakstabilan tinggi," jelas Sri Mulyani.
"Jadi kata-kata well planned itu tidak ada, dan kemudian dikalibrasi dengan baik (well calibrated) karena tantangan yang ada saat ini. Jadi, ini adalah konsekuensi itu semua. Sangat jelas," tuturnya.
Kendati demikian, kata Sri Mulyani mengatakan penyebab tingginya inflasi global saat ini bukan satu-satunya karena peningkatan suku bunga The Fed, tapi juga berasal dari harga pangan dan energi yang meningkat.
Sebagai gambaran, The Fed sepanjang tahun 2022 telah enam kali menaikkan suku bunga berturut-turut. Terbaru, pada Rabu, 2 November, bank sentral AS ini menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%.
Kenaikan suku bunga oleh The Fed tersebut diambil untuk mengendalikan inflasi dapat kembali ke target sasaran 2%. Di mana hingga September 2022, inflasi di Negeri Paman Sam itu masih cukup tinggi mencapai 8,2% (year on year/yoy).
(cap/mij)