CNBC Indonesia Research

Akan Larang Impor Garam, Indonesia Siap Penuhi Kebutuhan?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
10 November 2022 15:05
garam, makanan
Foto: REUTERS/Beawiharta

Percepatan pembangunan pergaraman nasional untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan praproduksi, produksi, pascaproduksi pengolahan, hingga pemasaran garam.

Lagi-lagi dalam hal ini tentunya pemerintah harus jelas memiliki roadmap kegiatan hulu hingga hilir garam. Dalam hal ini tentunya ada lahan yang harus dipersiapkan, modal, kemudian ada pelatihan khusus oleh penyuluh pertanian kepada petani agar garam yang diproduksi bisa memenuhi kualitas pasar. Ketika kualitas sudah baik, tentunya bisa memenuhi kualitas pasar dan bisa bersaing bahkan lebih unggul dari garam yang diimpor selama ini.

Di sisi lain, kebijakan ini bisa menguntungkan bagi petani. Selain bisa meningkatkan produksi, diberi pelatihan, permodalan, hingga pemasaran, harga garam akan berpeluang menjadi lebih stabil.

Lalu apakah garam lokal memenuhi syarat?

Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin mengatakan, secara kualitas garam RI masih cukup untuk memenuhi kebutuhan industri.

"Sekarang itu kualitas garam di tambak NHCL 4 itu 94-96% itu kualitas I. Garam itu secara visual sudah putih, sama dengan Australia kalau ditambah dengan pencucian washing plant. Sehingga NHCL bisa naik ke 97%," kata Jakfar dalam catatan CNBC Indonesia.

Kendati demikian, petani tambak lokal sebagian memang gugup dan masih belum percaya diri untuk memenuhi kebutuhan industri dan farmasi. Karena farmasi butuh kandungan garam dengan NHCL 99%, sedangkan kebutuhan industri setidaknya 97%, makanya petani masih cukup percaya diri untuk kebutuhan industri.

Pada dasarnya pemerintah harus menyadari bahwa tidak bisa menyamaratakan kualitas garam tiap daerah. Tentunya, faktor iklim begitu mempengaruhi kualitasnya.

Kalau dibandingkan dengan Australia dan India, negara ini memiliki keunggulan musim panas hingga 11 bulan. Sementara kualitas udara antara Indonesia dengan negara tersebut juga berbeda di mana humidity Indonesia tinggi mencapai 80%, dibanding Australia yang hanya 30%.

Selain itu, pemerintah harus memperhatikan penggunaan teknologi dan layout tambak seharusnya bisa diadaptasi dan distandardisasi supaya memiliki hasil yang sama dari tiap daerah, misalnya pemakaian teknologi HDPE (Geomembrane high density polyethylene) agar mendorong kualitas dan produktivitasnya.

Inilah yang harus pemerintah pikirkan bagaimana menyediakan HDPE yang terjangkau sesuai standar petambak garam jika menginginkan tercapainya produksi dalam negeri dengan kualitas yang memadai dan bisa diterima pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aum/aum)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular