Pantas Dipamerkan Luhut, Harta Karun RI Terbesar di Dunia!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan turut membangga-banggakan kekayaan Indonesia di hadapan dunia internasional.
Adapun "harta karun" RI yang dipamerkan Luhut yaitu salah satu jenis komoditas tambang, yakni nikel.
Di dalam acara Seminar Internasional Lembaga Penjamin Simpanan di Bali, Rabu (09/11/2022), Luhut menyebut Indonesia merupakan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Menurutnya banyak orang yang masih tidak paham atas kekayaan Indonesia ini.
"Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar. Kita ini sangat kaya. Beberapa orang mungkin tidak mengerti bahwa kita sangat kaya," jelas Luhut di acara yang juga dihadiri oleh Mantan PM Selandia Baru periode 1999-2008 Helen Clark.
Perlu diketahui, cadangan nikel RI memang yang terbesar di dunia. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia", menyebut cadangan logam nikel yang dimiliki RI sebesar 72 juta ton Ni (nikel).
Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni. Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.
Adapun cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kadar 1%-2,5%, dimana cadangan bijih nikel dengan kadar kurang dari 1,7% sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% sebesar 1,76 miliar ton.
Nikel memiliki banyak kegunaan mulai dari bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik hingga bahan baku kendaraan listrik itu sendiri, sehingga RI menjadi incaran asing karena kekayaan sumber daya alam nikel ini.
Nilai tambahnya pun tidak perlu diragukan lagi. Berdasarkan pemaparan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana pada webinar awal bulan ini, pengolahan bijih nikel kadar rendah (limonit) menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 11,4 kali.
Kemudian, bila diproses lebih lanjut ke precursor, maka nilai tambahnya menjadi 19,4 kali. Jika diproses lagi menjadi katoda, maka nilai tambahnya menjadi 37,5 kali dan saat diproses menjadi produk yang paling hilir berupa sel baterai, maka nilai tambahnya menjadi 67,7 kali.
Sementara itu, bijih nikel kadar tinggi (saprolit), setelah diproses menjadi feronikel, maka nilai tambahnya menjadi 4,1 kali. Lalu jika diproses lagi menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 5,7 kali.
Selanjutnya, jika diproses menjadi precursor, maka nilai tambahnya menjadi 9,6 kali, diproses lebih hilir lagi menjadi katoda nilai tambahnya menjadi 18,6 kali, dan terakhir saat menjadi produk cell (sel baterai), maka nilai tambahnya menjadi 33,6 kali.
Besarnya nilai tambah nikel RI ini, maka tak salah bila Pemerintah Indonesia memiliki cita-cita untuk menjadi pemain baterai kendaraan listrik kelas dunia.
Pemerintah bahkan sudah menyiapkan empat wilayah yang akan dibangun pabrik komponen baterai kendaraan listrik sebagai ekosistem. Dalam waktu beberapa pekan ke depan ini, Indonesia akan meresmikan pembangunan pabrik komponen baterai kendaraan listrik di Morowali, Sulawesi Tengah.
Hal itu dikatakan langsung oleh Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto. Ia menyatakan bahwa sekitar tanggal 21-22 November ini, pemerintah akan meresmikan pabrik baterai listrik di Morowali.
Pemerintah akan menetapkan empat wilayah yang bakal menjadi pusat pabrik baterai kendaraan listrik. Selain Kawasan industri pengolahan nikel PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, masih ada beberapa wilayah lain yang akan menjadi pusat pengembangan pabrik baterai.
Di antaranya yakni seperti PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Kemudian, industri di Kabupaten Konawe, dan terakhir industri di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
[Gambas:Video CNBC]
Di Era Jokowi, "Ekonomi Ayam" RI Sukses Bertransformasi lho
(wia)