Internasional

Dunia Menuju 'Neraka', China & India Diminta Tanggung Jawab

luc, CNBC Indonesia
Rabu, 09/11/2022 06:30 WIB
Foto: Presiden KTT iklim COP27, Sameh Shoukry (kiri) berbicara selama sesi pembukaan KTT Iklim PBB COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir, Minggu, 6 November 2022. Hampir 50 kepala negara atau pemerintah melakukan pertemuan iklim internasional

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara berkembang yang sangat berpolusi seperti China dan India harus membayar dana kompensasi untuk membantu negara lainnya yang terdampak oleh perubahan iklim.

Hal tersebut ditegaskan Perdana Menteri Antigua dan Barbuda dalam COP27 di Mesir, Selasa (8/11/2022).

Adapun, China dan India untuk pertama kalinya dalam forum tersebut disebut secara gamblang sebagai penghasil emisi utama yang menurut negara kepulauan itu harus dimintai pertanggungjawaban atas kerusakan yang telah ditimbulkan oleh pemanasan global.


Perdana Menteri Gaston Browne, berbicara atas nama blok negosiasi Association of Small Island States (AOSIS), mengatakan kepada bahwa penghasil gas rumah kaca terbesar pertama dan ketiga di dunia itu memiliki tanggung jawab untuk membayar dana.

Delegasi di konferensi sepakat untuk menempatkan topik kerugian dan kerusakan ke dalam agenda formal untuk pertama kalinya dalam sejarah negosiasi iklim internasional.

"Kita semua tahu bahwa Republik Rakyat Cina, India - mereka adalah pencemar utama, dan pencemar harus membayar," kata Browne, dikutip Reuters.

Dalam pembicaraan iklim PBB, frasa "kerugian dan kerusakan" mengacu pada biaya yang telah dikeluarkan dari cuaca ekstrem atau dampak yang dipicu oleh iklim, seperti naiknya permukaan laut.

Sampai saat ini, negara-negara yang rentan terhadap iklim telah meminta penghasil emisi raksasa seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa untuk membayar reparasi iklim.

China sendiri sebelumnya telah mendukung pembentukan dana kerugian dan kerusakan tetapi belum mengatakan harus membayarnya. Uni Eropa dan Amerika Serikat telah mengatakan bahwa China, penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia, harus membayar.

India, meskipun merupakan salah satu penghasil emisi terbesar secara total, memiliki emisi per kapita yang jauh lebih rendah daripada rata-rata dunia.

AOSIS menginginkan komitmen penuh untuk meluncurkan dana miliaran dolar pada 2024.

Negosiator iklim utama Mesir, Mohamed Nasr, mengatakan kepada Reuters bahwa tujuan negosiasi COP27 adalah untuk mendapatkan kejelasan tentang jalan ke depan untuk kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim. Namun, sejauh ini masih ada berbagai pandangan.

"Sekarang kami memiliki titik awal, jadi lebih ramping dan lebih fokus dan mudah-mudahan pada akhir dua pekan ini kami akan memiliki sesuatu yang akan mengidentifikasi peta jalan, hasil untuk disampaikan," katanya.

Sebelumnya, dalam forum yang sama, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan dunia kehilangan perjuangannya melawan perubahan iklim.

"Emisi gas rumah kaca terus meningkat, suhu global terus meningkat, dan planet kita dengan cepat mendekati titik kritis yang akan membuat kekacauan iklim tidak dapat diubah lagi. Kami berada di jalan raya menuju neraka iklim dengan kaki kami masih menginjak pedal gas," tuturnya.

Dia menambahkan kondisi tersebut diperparah oleh perang di Ukraina dan sejumlah konflik geopolitik lainnya yang mengaburkan fokus terhadap perubahan iklim.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekspor Batu Bara RI ke China Turun Hingga 15%