Tak Semua Happy! Nih Daftar Industri RI yang Untung & Buntung
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pada Kuartal III-2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,72% (year on year/yoy).
Berdasarkan lapangan usaha, sektor industri, pertambangan, pertanian, perdagangan, konstruksi, serta transportasi dan pergudangan memberikan andil cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2022.
"Seluruh lapangan usaha tumbuh, kecuali jasa kesehatan yang mengalami kontraksi," jelas Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers kemarin, dikutip Selasa (8/11/2022).
Dilihat secara mendalam, merujuk data BPS, beberapa sektor mengalami pertumbuhan dan mengalami kontraksi.
Pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, pada Kuartal III-2022 tumbuh 1,65% (yoy). Pada sektor ini, terdapat sektor yang mengalami kontraksi paling dalam yakni tanaman pangan, dengan kontraksi atau -7,97% (yoy).
Ada pula kehutanan dan penebangan kayu mengalami kontraksi atau -3,8% (yoy).
Sisanya, pada tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, jasa pertanian dan perburuan, serta perikanan mengalami pertumbuhan.
Selanjutnya pada sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan 3,22% (yoy). Di sektor ini pertambangan minyak, gas, dan panas bumi mengalami kontraksi atau -5,24% (yoy).
Sementara pada sektor pertambangan batubara dan lignit, pertambangan biji logam, serta pertambangan dan penggalian lainnya mengalami pertumbuhan tinggi.
Di mana pertambangan batubara dan lignit tumbuh 9,41% (yoy), pertambangan bijih logam tumbuh 9,03% (yoy), pertambangan dan penggalian lainnya tumbuh 1,58% (yoy).
Adapun pada industri pengolahan mengalami pertumbuhan 4,83% (yoy), di mana industri batubara dan pengilangan migas mengalami pertambangan 4,26% (yoy).
Pada industri pengolahan non migas mengalami pertumbuhan 4,88% (yoy). Di sektor ini, industri pengolahan tembakau yang mengalami kontraksi atau -2,94% (yoy). Serta industri kayu, barang dari kayu dan gabung dan barang anyaman mengalami kontraksi atau -4,31% (yoy).
Sektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional juga mengalami kontraksi atau -3,5% (yoy). Juga industri karet, barang dari karet dan plastik -0,33%, industri barang galian bukan logam -1,97%.
Sektor industri furnitur juga mengalami kontraksi atau -3,85%.
Sementara industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, serta industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman mengalami pertumbuhan.
Adapun industri logam dasar, industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan, industri mesin dan perlengkapan, industri alat angkutan mengalami tumbuh double digit di atas 10%. Juga, industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan mengalami pertumbuhan 8,77% (yoy).
Kemudian pada sektor pengadaan listrik dan gas mengalami pertumbuhan 8,05% (yoy), serta pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang mengalami pertumbuhan 4,25% (yoy).
Sektor yang juga mengalami pertumbuhan yakni konstruksi, perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, masing-masing mengalami pertumbuhan 0,63% (yoy) dan 5,35 (yoy).
Adapun sektor transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan 25,81% (yoy), penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 17,83% (yoy), informasi dan komunikasi tumbuh 6,88% (yoy), jasa keuangan dan asuransi tumbuh 0,87% (yoy).
Sementara itu, sektor real estate tumbuh 0,63% (yoy), jasa perusahaan tumbuh 10,79% (yoy), administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib tumbuh 12,42% (yoy).
Kemudian jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami kontraksi atau -1,74% (yoy). Sementara jasa lainnya tumbuh 9,13% (yoy).
(cap/mij)