Investasi Transisi Energi Naik 15 Kali Lipat Jadi Rp11.842 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi dari sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dipastikan akan mengalami lonjakan yang signifikan sampai tahun 2040. Hal itu karena, peranan pembangkit dari energi hijau ini akan semakin mendominasi.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Power Indonesia Fadli Rahman mengatakan bahwa sektor EBT akan mendominasi dalam beberapa tahun mendatang. Bahkan investasi untuk sektor ini pada 2021 mencapai US$ 755 miliar atau Rp 11.842 Triliun (asumsi kurs Rp 15.685 per US$).
"Ini ada buktinya investasi transisi energi meningkat secara signifikan, 15 kali dibandingkan 2005 investasi transisi saat ini US$ 755 miliar. Ini dua kali dari global oil and gas investment," kata Fadli dalam acara Ngopi BUMN, Selasa (8/11/2022).
Selain itu, menurut Fadli minat orang dalam transisi energi saat ini memang cukup tinggi. Hal itu dapat terlihat dari harga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang kini semakin rendah.
Ia pun berharap agar pengembangan EBT di Indonesia semakin pesat. Mengingat potensi EBT yang dimiliki RI cukup besar, sementara pemanfaatanya masih minim.
"Potensi yang kita selalu sampaikan potensi energi di Indonesia cukup berlimpah pemanfaatannya masih 8 persen dari total potensi kita. Kita punya tenaga Angin, Geothermal/Panas Bumi itu pemanfaatannya 0,01 persen dari pemanfaatan kita sekarang ini," ujarnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia sendiri memiliki potensi EBT sebesar 3.686 GW. Salah satunya yakni berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 3295 GW.
Kemudian, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 95 GW, pembangkit listrik berbasis bioenergi 57 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 155 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 24 GW, sumber energi laut 60 GW.
(pgr/pgr)