Pemimpin Dunia Bicara Akhir Pandemi, Indonesia Gimana?

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
06 November 2022 15:50
Two women take a selfie at the Spanish Steps in Rome, Monday, June 28, 2021. Italians took off their face masks and breathed a huge sigh of relief on Monday as the government-imposed requirement on mask wearing outdoors was lifted. Italian Health Minister Roberto Speranza made the decision last week to lift the outdoor mask-wearing requirement on advice from Italy’s Scientific Technical Committee (CTS) that made the decision based on the stabilisation of Italy Covid-19 indicators. (Cecilia Fabiano/LaPresse via AP)
Foto: Dua wanita berswafoto tanpa menggunakan masker setelah pemerintah Italia menerapkan zona bebas masker di wilayah yang dikategorikan "berisiko rendah" penularan virus corona di Spanish Steps di Roma, Senin, 28 Juni 2021. (Cecilia Fabiano/LaPresse via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia -  Sejak Februari 2022, banyak pemimpin negara mulai menyerukan status pandemi menjadi endemi serta mencabut hampir semua restriksi, hal ini setidaknya sudah dilakukan Swedia, Denmark, Inggris, dan Irlandia.

Bahkan, pada 20 September 2022, Presiden AS Joe Biden mengatakan pandemi sudah berakhir. "Kami masih melakukan banyak pekerjaan mengenai hal ini, tapi pandemi sudah berakhir," kata Joe Biden.

Tanda-tanda akan berakhirnya pandemi juga dipertegas dengan pernyataan yang disampaikan Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom yang mengatakan bahwa akhir pandemi sudah di depan mata.

"Kita tidak pernah berada di posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi, kita belum sampai di sana, tetapi akhir sudah di depan mata," katanya September 2022 lalu.

Bahkan, sejumlah negara tidak mewajibkan menggunakan masker seperti Italia, Swedia, Selandia Baru, Islandia, Libya, Bhutan dan Laos.  Lantas bagaimana dengan Indonesia?


Presiden Joko Widodo telah berbicara mengenai akhir pandemi. Dia mengatakan adanya kemungkinan berakhirnya pandemi dalam waktu dekat.

"Pandemi memang sudah mulai mereda, mungkin sebentar lagi juga akan kita nyatakan pandemi sudah berakhir," kata Jokowi dalam acara peluncuran gerakan kemitraan inklusif untuk UMKM naik kelas seperti disiarkan akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin (3/10/2022).



Hal ini juga dipertegas Kepala Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu yang mengatakan bahwa banyak negara yang sudah mulai 'relaks' menghadapi pandemi.

"Sekarang kita dihadapkan pada resiko berbeda, tantangan yang berbeda, nah saat ini banyak negara sudah relaks... itu sudah pertanda bahwa kita menuju normal. Mungkin tinggal menunggu apakah WHO mengatakan pandemi akan berakhir secara global itu mungkin suatu milestone yang akan menentukan lagi ke depan," katanya pada pertemuan Media Gathering Kementerian Keuangan di Bogor, Jumat (4/11/2022).

Kendati demikian, dia mengatakan risiko dan tantangan global tidak berakhir begitu saja dengan berakhirnya pandemi. Pasalnya, saat ini pemerintah menghadapi tantangan baru berupa kondisi perekonomian global yang menurun.

"Nah tapi kemudian setelah Februari kemarin, kita dihadapkan pada resiko yang baru. Ketika akhir 2021 masuk 2022 sebenarnya kita sudah menghadapi risiko harga komoditas, supply yang belum bisa merespon dengan cepat sehingga waktu itu harga komoditas mulai naik, " paparnya.

Selain tingginya harga komoditas, Febrio menyampaikan beberapa risiko lainnya terkait gejolak ekonomi global. Pertama, risiko inflasi global melonjak.

Akibat supply disruption karena pandemi dan perang, dikombinasi dengan excessive stimulus fiskal dan moneter sebelum dan selama pandemi di negara maju.

Kedua adalah pengetatan likuiditas & kenaikan suku bunga. Pengetatan ini menyebabkan volatilitas pasar keuangan global, capital outflow, pelemahan nilai tukar dan lonjakan biaya utang (cost of fund).

Ketiga, Potensi krisis utang global. Menurut Febrio, banyak negara memiliki rasio utang sangat tinggi di atas 60%- 100% PDB. Sementara itu, biaya utang dan revolving (refinancing) risks naik tajam. Alhasil, potensi default lebih 60 negara melonjak.

Terakhir, potensi stagflasi. Febrio mengungkapkan pelemahan ekonomi global disertai inflasi tinggi merupakan kombinasi yang sangat berbahaya dan rumit secara kebijakan ekonomi.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas! China Balas Kritik WHO soal Data Covid

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular