Misteri Sriwijaya Air SJ182 Terungkap, Ini Investigasinya

News - Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
03 November 2022 17:36
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi didampingi Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dan sejumlah pejabat  menyampaikan press statement tentang penemuan Cockpit Voice Recorder atau CVR pesawat Sriwijaya Air SJ-182. (CNBC Indonesia/Emir) Foto: Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi didampingi Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dan sejumlah pejabat menyampaikan press statement tentang penemuan Cockpit Voice Recorder atau CVR pesawat Sriwijaya Air SJ-182. (CNBC Indonesia/Emir)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan hasil investigasi kecelakaan pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta - Pontianak. KNKT mengungkapkan terdapat enam penyebab.

Ketua Sub - Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengatakan kesimpulan dari hasil investigasi Pertama adalah, tahapan perbaikan sistem auto - throttle yang belum mencapai bagian mekanikal.

"Dalam sistem perbaikan pesawat udara ada trouble shooting satu satu komponen diganti yang rusak atau ada komponen lain ini mengikuti prosedur Boeing atau IMM, perbaikan itu belum mencapai bagian mekanikal karena proses penggantian komponen," jelasnya dalam RDP Komisi V DPR RI, Kamis (3/11/2022).

"Kesimpulan ini untuk mengurutkan bukan menjadi penyebab pertama, kedua atau seterusnya tapi kami urutkan berdasarkan mana yang terjadi lebih dulu," tambahnya.

Kedua, thrust lever kanan tidak mundur sesuai permintaan autopilot karena hambatan pada sistem mekanikal dan thrust lever kiri mengkompensasi dengan terus bergerak mundur sehingga terjadi asymmetry.

Ketiga, keterlambatan Cruise Thrust Split Monitor (CSTM) memutus auto-throttle pada saat pesawat terjadi asymmetry karena flight spoiler memberikan nilai yang rendah berakibat pada asymmetry semakin besar.

Keempat, Nurcahyo menjelaskan karena adanya rasa percaya dengan sistem automasi yang mendukung opini membuat dikuranginya monitor pada instrumen, dan tidak disadarinya ada asimetri dan terjadi penyimpangan penerbangan.

Selain itu pesawat akhirnya berbelok ke kiri dari yang seharusnya ke kanan. Sementara itu kemudi miring ke kanan dan kurangnya monitoring mungkin telah menimbulkan asumsi pesawat berbelok ke kanan sehingga tindak pemulihan tidak sesuai.

Keenam, belum adanya aturan dan panduan tentang upset prevention and recovery training (UPRT) mempengaruhi proses pelatihan yang diberikan maskapai. Untuk menjamin kemampuan pilot mencegah dan memulihkan kondisi upset (kondisi pesawat tidak diinginkan pilot) secara efektif dan tepat waktu.

"KNKT masih melihat beberapa hal yang harus ditingkatkan, sehingga menerbitkan beberapa rekomendasi keselamatan kepada Sriwijaya AIr," kata Nurcahyo.

Tiga rekomendasi keselamatan itu antara lain:

- Berkonsultasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebelum melakukan perubahan prosedur terbang, dan meminta NTO (No Technical Objection) dari pabrikan pesawat udara sebelum melakukan perubahan prosedur yang sudah ada di buku panduan yang disiapkan oleh pabrik

- Meningkatkan jumlah pengunduhan data dalam Flight Data Analysis Program (FDAP) untuk peningkatan pemantauan operasi penerbangan.

- Juga menekankan pelaporan bahaya kepada seluruh pegawai


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Suara Pilot Sriwijaya Tak Terekam Sebelum Jatuh, Ini Sebabnya


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading