Internasional

Sebut PD III Sudah Dimulai, Siapa 'Doktor Kiamat' Roubini?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
03 November 2022 13:55
Professor of Economics, Leonard N. Stern School, NYU, USA, Nouriel Roubini adjusts his glasses during a session at the World Economic Forum in Davos, Switzerland on Wednesday, Jan. 26, 2011. Buoyed by a burst of optimism about the global economy and mindful of the
Foto: Nouriel Roubini (AP Photo/Virginia Mayo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama ekonom Nouriel Roubini kembali viral di publik. Pasalnya, figur yang akrab disapa 'Dr. Doom' atau 'Doktor Kiamat' itu mengungkapkan bahwa dunia saat ini telah memasuki Perang Dunia Ketiga (PD III).

Ini dibuktikannya dari melihat kondisi perang Rusia-Ukraina serta konflik China-Taiwan yang menyeret kekuatan Barat pimpinan Amerika Serikat (AS). Dalam sebuah wawancara dengan Der Spiegel pada pekan lalu, Roubini mengungkapkan bahwa dunia saat ini mengalami tegangnya hubungan antara kekuatan negara seperti Iran dan Israel.

"Saya membaca bahwa pemerintahan Biden memprediksi China untuk menyerang Taiwan lebih cepat daripada nanti. Perang Dunia III sudah efektif dimulai," papar figur yang dikenal sebagai Doctor Doom itu seperti dikutip Russia Today, Rabu (2/11/2022).

Lalu siapa sebenarnya Dr. Doom?

Sebagai informasi, julukan Dr. Doom diperoleh Roubini setelah pada tahun 2006 ia memprediksi akan terjadi crash di pasar yang dimulai dengan pecahnya bubble di pasar dan berujung krisis. Prediksinya tepat, pada 2008, terjadi krisis finansial global akibat bubble pasar perumahan di Amerika Serikat (AS).

Roubini sendiri merupakan seorang ekonom berdarah Yahudi-Iran. Ia lahir di Turki dan sempat dibesarkan di Italia. Saat ini, ia aktif menjadi konsultan ekonomi dan juga pengajar di Sekolah Bisnis Stern Universitas New York.

Ia juga sangat dikenal dengan sikapnya yang skeptis terhadap bitcoin. Dalam laman opini tulisannya yang dipublikasi Financial Times, ia menyebut bahwa bitcoin tidak dapat dipegang menjadi aset lantaran volatilitas harganya yang cukup tidak stabil.

"Pergerakan harga yang tidak stabil dapat menghapus margin keuntungan apapun dari pedagang dalam hitungan jam," tulisnya.

Ia juga membantah klaim Elon Musk yang menyebut bila memegang bitcoin jauh lebih baik daripada memegang aset konvensional. Ia meminta publik untuk menahan diri dan tidak mengikuti langkah pendiri Tesla itu untuk beralih ke bitcoin.

Untuk mengurangi arus perpindahan ke bitcoin, ia menyarankan beberapa bentuk aset yang konvensional. Misalnya emas, obligasi terindeks inflasi, komoditas, dan properti.

Dalam konteks ketegangan geopolitik kali ini, Roubini menilai persaingan antara Washington dan Beijing telah mendorong ketegangan ke tingkat yang besar.

Apalagi, imbuhnya, AS telah melarang ekspor semikonduktor tertentu ke China dan menekan negara-negara Eropa untuk memutuskan hubungan perdagangan dengan Beijing didasarkan alasan keamanan nasional.

"Perdagangan, keuangan, teknologi, internet: Semuanya akan terbelah dua," terang prediksinya.

Meski dunia sudah terpolarisasi, tidak jelas apakah negara-negara nonsekutu akan memilih pihak AS dalam konflik. Hal ini dibuktikan oleh negara Afrika yang menganggap kedua kubu besar dunia tetap akan melakukan sesuatu terhadap negara di wilayah itu.

"Saya bertanya kepada presiden negara Afrika mengapa dia mendapatkan teknologi 5G dari China dan bukan dari Barat. Ia mengatakan kepada saya, 'kami adalah negara kecil, jadi seseorang akan tetap memata-matai kami. Kemudian, saya mungkin juga mengambil teknologi China, lebih murah'," ungkap ekonom itu.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Doktor Kiamat' Nouriel Roubini: PD III Sudah Dimulai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular