Ini Jurus PLN Bisa Garap Proyek Ribuan Triliun Energi Hijau

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
02 November 2022 18:05
PLTP (Dok: PLN)
Foto: PLTP (Dok: PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) mempunyai strategi dalam menggenjot pengembangan proyek pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT) senilai ribuan triliun rupiah. Perusahaan bahkan telah memasukkan rencana jangka pendek dan panjang untuk menuju karbon netral pada 2060.

Direktur Manajemen Proyek dan EBT PLN Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, dalam jangka pendek perusahaan setidaknya akan melakukan pengembangan pembangkit EBT secara masif.

Hal tersebut dapat terlihat dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Dalam RUPTL tersebut, porsi pembangkit listrik berbasis energi terbarukan pada 2030 ditargetkan dapat mencapai 20,9 GW.

"Kami sedang berupaya konversi PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ke EBT dan PLTD ke gas. Ini sudah kami mulai dengan program dedieselisasi. Kami sudah lelang di 180 lokasi dengan total kapasitas 250 MW, kemudian kami berencana retirement PLTU tahap 1," kata dia dalam Webinar: Sustainable Investment (Renewable Energy), Rabu (2/11/2022).

Selain itu, pihaknya juga menerapkan teknologi co-firing dengan memanfaatkan biomassa sebagai substitusi campuran batu bara pada 33 PLTU. Adapun bahan baku yang jadi campuran metode co-firing antara lain seperti serbuk kayu, sekam padi, hingga sampah dalam bahan padat.

"Kita juga kembangkan ekspansi pembangkit gas supaya ketergantungan terhadap batu bara berkurang dan kita akan kembangkan clean coal batu bara bisa kita proses lebih lanjut menjadi gas kita masukkan ke pembangkit kita," kata dia.

Sementara untuk jangka panjang, perusahaan berencana menjadikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebagai penopang beban dasar (base load). Terutama, untuk menggantikan keberadaan PLTU yang berada di Pulau Jawa.

Oleh sebab itu, diperlukan adanya tambahan baterai agar pembangkit bisa menyala 24 jam. Mengingat, dua pembangkit tersebut bersifat intermittent (berjeda).

"Untuk jangka panjang saat ini kita sedang studi untuk pengembangan EBT yang sifatnya intermittent seperti surya dan angin untuk ada baterai. Supaya bisa menjadi base load untuk menggantikan PLTU kami terutama yang di pulau Jawa didominasi PLTU," ujarnya.

Seperti diketahui, pasokan listrik pada 2060 mendatang 100% akan berasal dari sumber energi baru dan terbarukan (EBT). Untuk mencapai netral karbon pada periode tersebut, perusahaan setidaknya membutuhkan kapasitas terpasang listrik sebesar 600 Giga Watt (GW) dengan kebutuhan investasi mencapai US$ 700 miliar atau setara Rp 10.954 triliun (asumsi kurs Rp 15.649 per US$).


(wia/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baru Diresmikan, Intip Pabrik Hidrogen Hijau Milik PLN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular