Rusia Minggir! IMF Warning Ekonomi Asia karena AS-China
Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan Asia-Pasifik memiliki lebih banyak kerugian daripada kawasan lain. Ini terutama terjadu sistem perdagangan global terpecah akibat ketegangan geopolitik dunia.
IMF menyebut PDB wilayah Asia-Pasifik akan merosot karena makin panasnya hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Diketahui Washington menjatuhkan sanksi pada chip buatan Negeri Tirai Bambu.
"Negara-negara Asia dan Pasifik dapat kehilangan lebih dari 3% dalam produk domestik bruto (PDB) jika perdagangan terputus di sektor-sektor yang terkena sanksi chip AS baru-baru ini terhadap China dan jika hambatan non-tarif di bidang lain dinaikkan ke tingkat era Perang Dingin," papar IMF dalam penjelasan yang diwartakan CNBC International, Senin (31/10/2022).
IMF menyebutkan bahwa sektor yang terdampak akibat perang dagang ini dapat mengalami kehilangan pekerjaan di tingkatan rata-rata setinggi 7%.
"Ketika kita berbicara tentang perkembangan dari meningkatnya ketidakpastian perdagangan dan langkah-langkah yang lebih ketat, (itu) pada akhirnya akan meningkat menjadi fragmentasi di mana dunia terbagi," tutur Departemen Asia dan Pasifik di IMF. Krishna Srinivasan, mengatakan pada konferensi pers di Singapura pada hari Jumat.
"Asia berisiko kehilangan banyak karena merupakan pemain kunci dalam rantai pasokan global dan di dunia yang terfragmentasi, ia berisiko kehilangan lebih dari siapa pun," tambahnya.
Tanda-tanda fragmentasi global muncul selama perang dagang antara AS dan China pada tahun 2018. Namun tanda-tanda yang lebih mengkhawatirkan, seperti perang Rusia-Ukraina, telah muncul sejak saat itu.
IMF menambahkan sementara penelitiannya berfokus pada dampak fragmentasi pada perdagangan, mungkin ada kerugian lain yang lebih dalam. Seperti 'terurainya ikatan keuangan'.
"Fragmentasi keuangan dapat menyebabkan biaya jangka pendek dari pelepasan posisi keuangan yang cepat, dan biaya jangka panjang dari diversifikasi yang lebih rendah dan pertumbuhan produktivitas yang lebih lambat karena berkurangnya investasi asing langsung," jelasnya.
Misalnya, IMF menemukan bahwa ketegangan perdagangan AS-China 2018 mengurangi investasi sekitar 3,5% setelah dua tahun. Dampak dari fragmentasi perdagangan akan sangat terasa pada pasar negara berkembang dan perusahaan dengan utang tinggi.
"Fragmentasi keuangan dapat menyebabkan biaya jangka pendek dari pelepasan posisi keuangan yang cepat, dan biaya jangka panjang dari diversifikasi yang lebih rendah dan pertumbuhan produktivitas yang lebih lambat karena berkurangnya investasi asing langsung," tambah lembaga itu.
Maka itu, Badan internasional itu mendesak negara-negara untuk menghentikan pembatasan perdagangan yang merusak dan mengurangi ketidakpastian melalui komunikasi yang lebih jelas tentang tujuan kebijakan.
"Penekanan yang lebih besar dapat ditempatkan pada digitalisasi, investasi dalam pendidikan ... tetapi yang paling penting, kerja sama internasional, karena kami ingin menghindari risiko perpecahan ... penting bahwa kita semua bertindak sekarang, bertindak bersama-sama," imbau Srinivasan.
(sef/sef)