
'Atlantis' Makan Korban, Sudah 300 Rumah di Karawang Hilang

Jakarta, CNBC Indonesia - Penduduk di kecamatan Cibuaya, kabupaten Karawang tengah was-was. Pasalnya, air laut bisa saja 'menerkam' rumah dan harta mereka kapan pun.
Bahkan, menurut Kepala Desa Cemara Jaya di kecamatan Cibuaya ini, sudah ada sekitar 300 rumah warganya yang hilang.
"Kejadiannya sudah lama, rumah kena abrasi laut. Ini kan pantainya pasir, bukan karang, jadi banyak terjadi abrasi. Mungkin sudah 300-an rumah yang terkikis dan roboh kena abrasi," kata Rudi Cania kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (27/10/2022).
Ancaman daratan hilang bak 'Atlantis' ini menghantui wilayah pesisir, terutama di Pantura, Jawa. Termasuk kabupaten Karawang ini.
Apalagi, lembaga nirlaba internasional Climate Central mendeteksi, sebagian wilayah Pantura akan terendam dan semakin meluas. Peta risiko Climate Central menunjukkan, dalam kurun waktu tahun 2030 sampai 2060, luas daerah yang terendam dan terancam 'hilang' pun semakin bertambah.
Dan, ancaman itu nyata. Menurut warga di desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, dulu lokasi rumah warga belum seperti sekarang, langsung di pinggir pantai.
Berdasarkan penuturan Kepala Desa dan warga, setidaknya sudah ada 200 meter pinggir pantai yang terkikis ombak.
Salah satu saksi bisu adalah masjid yang tampak seperti mengapung di bibir laut.
Tampak, warga berusaha mengurangi terjangan ombak laut dan pasang dengan membuat tanggul dari karung-karung berisi pasir, dan batu-batu. Meski, diakui tak terlalu banyak membantu.
Disebutkan, dulu ada 6 dusun di wilayah ini, namun 2 dusun sudah hilang tergerus laut. Saat ini, masih ada 78 warga yang dievakuasi dan direlokasi ke wilayah yang ditetapkan pemerintah daerah setempat.
"Kami berharap bantuan dari pemerintah agar dibuatkan turap batu. Saya mohon kepada pemerintah kabupaten, provinsi, maupun pusat. Agar ditolong supaya Desa Cemarajaya ini nggak terlalu kena abrasi parah," kata Rudi.
Iryanto, warga dusun Pisangan, Cemarajaya mengatakan, saat ini memang bulan-bulan masa tenang. Setidaknya, dia mengaku, bisa bernafas meski tetap was-was.
"Musim gini lagi tenang. Tapi tetap takut. Kalau ombak datang, ini lewat (menunjuk tanggul pasir seadanya), yang di dalam rumah habis. Pakaian habis, bersih aja semua," katanya.
Karawang Terendam
Jika melihat peta Climate Central, wilayah kabupaten Karawang yang terancam hilang bak 'Atlantis' akan semakin luas. Padahal, jika melihat posisinya di peta, kecamatan Cibuya misalnya, tidak berada langsung di bibit laut.
Namun, berbeda dengan kenyataan di lapangan.
Berikut perbandingan risiko terendam di kecamatan Cibuya, Kabupaten Karawang di tahun 2030 dan 2060, berdasarkan peta risiko Climate Central:
Tahun 2030
![]() Perbandingan wilayah di kabupaten Karawang terancam 'hilang' akibat naiknya level muka air laut, berdasarkan peta risiko Climate Central. |
Tahun 2060
![]() Perbandingan wilayah di kabupaten Karawang terancam 'hilang' akibat naiknya level muka air laut, berdasarkan peta risiko Climate Central. |
Pantura Terancam Jadi 'Atlantis'
Seperti diketahui, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, tinggi muka air laut diprediksi naik mencapai 35-40 cm relatif terhadap level tahun 2000.
Dengan catatan, tren ini kemungkinan tidak linier tetapi dapat bersifat eksponensial jika faktor pencairan air diperhitungkan. Di mana, kenaikan muka air laut di Indonesia diprediksi dapat mencapai 175 cm pada tahun 2100.
Dikutip dari situs resmi Knowledge Centre Perubahan Iklim Indonesia (KCPI) Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK, ada faktor utama pemicu kenaikan muka air laut atau sea level rise (SLR) dari aspek perubahan iklim.
Prediksi ini tak bisa diabaikan.
Karena jika melihat peta risiko lembaga nirlaba internasional, Climate Central, Indonesia jadi salah satu yang dirugikan dan harus bersiap dengan fenomena kenaikan tinggi muka air laut ini.
Ini terlihat dari citra satelit Climate Central. Berdasarkan pemetaan level muka air laut, mengacu rata-rata tertinggi level muka air tinggi (mean higher high water/ MHHW line), level muka air di sebagian wilayah di Pantai Utara (Pantura), Jawa semakin naik, dan bertambah luasnya jika dibandingkan kondisi tahun 2030 dan 200.
![]() |
Dan, jika dibandingkan level muka air 1 meter dan 2,2 meter, terjadi penambahan luas wilayah yang berpotensi terendam atau jadi 'Atlantis' di Pantura, Jawa. Terutama sebagian besar wilayah di Indramayu dan sekitar Surabaya.
Dengan catatan, level muka air 2,2 meter ke atas bisa terjadi akibat kombinasi terjadinya kenaikan muka air laut, pasang surut, dan gelombang badai.
Terlihat pada peta, daerah yang rawan terendam adalah sebagian daerah di Cilegon, sepanjang pantai hingga ke Pasir Putih. Beberapa lokasi yang terancam terkena dampak diantaranya PLTU Jawa 7, Taman Nasional, juga pabrik tepung terigu.
Selain itu, terlihat deteksi air bakal merendam wilayah Domas, Tanara, hingga Ketapang, sampai Kramat.
Lalu berlanjut ke Pantai Indah Kapuk, dan juga mengancam Pantai Tanjung Pasir. Dan sebagian wilayah Tangerang.
Kemudian, sebagian besar wilayah di Jawa Barat. Mulai dari Marunda, sampai Polsek Muara Gembong Bekasi, Tabebuya Begedor, hingga sampai merendam wilayah-wilayah jangkauan Sungai Citarum.
Bahkan, berlanjut menggenangi wilayah sampai ke pantai pasir putih Cilamaya, Karawang, sampai ke sebagian wilayah di Pamanukan, kemudian, Kandanghaur, sebagian besar Cangkring, sebagian besar Indramayu, Balongan sampai Gunungjati.
Kemudian, tampak pada peta, sebagian wilayah di Jawa Tengah, yaitu sebagian di Klampok, Brebes, Sigedang, Pekalongan, Kendal, Semarang, lalu sebagian besar wilayah Demak, Widung, kemudian wilayah Pati.
Dan, berlanjut ke sebagian besar wilayah Lamongan, dan juga sebagian Surabaya sampai Pasuruan.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri! Di Wilayah Ini Muncul Fenomena 'Atlantis', Ada Bekasi