Harga Gas Murah Industri Bikin Investasi Hulu Jadi Loyo?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) tidak akan terganggu meski diberlakukannya Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sebesar US$ 6 per juta British thermal unit (MMBTU) untuk tujuh sektor industri.
Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Mustafid Gunawan mengatakan, penyesuaian terhadap harga gas bumi tidak memengaruhi besaran penerimaan yang menjadi bagian kontraktor atau produsen migas. Pasalnya, penyesuaian harga ini merupakan pengurangan dari penerimaan bagian negara yang dihitung melalui bagi hasil.
"Kita berharap di hulu investasi tidak mengalami gangguan karena pemerintah sudah jamin penerimaannya ditutup," ungkap Mustafid di Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Selain itu, Mustafid juga mengatakan bahwa harga gas yang dilakukan penyesuaian menjadi US$ 6 per MMBTU merupakan sebuah produk business to business (B2B). Hal tersebut menjawab kekhawatiran investor hulu yang menilai bahwa harga gas yang baru bukan lagi memakai mekanisme B2B dan berpotensi berdampak pada investasi.
"Ada kekhawatiran harga yang ditetapkan di lapangan itu tidak lagi B2B itu kurang tepat. Kami dari pemerintah menggali mencermati betul KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) menyampaikan proposal struktur harga ini di-drive oleh apa, dicapailah harga yang saya sampaikan, kita ingin ada keuntungan yang wajar, sama-sama terbuka, itu menurut saya, itu yang bisa dicapai harga di lapangan melalui mekanisme di lapangan," kata dia.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), hingga 30 September 2022 realisasi investasi hulu migas baru mencapai US$ 7,7 miliar atau 60% dari target yang ditetapkan sebesar US$ 13,2 miliar untuk tahun 2022 ini.
(wia)