
Sulit! Krisis Pangan Australia Makin Parah, RI Kena Imbas?

Dalam kondisi sulit seperti ini, pemerintah Australia mengatakan masih terlalu dini untuk menetapkan biaya ekonomi yang tepat mengatasi banjir tersebut. Padahal di saat yang sama, jutaan orang Australia sangat membutuhkan lebih banyak bantuan keuangan.
Menteri Keuangan, Jim Chalmers memperkirakan bahwa banjir akan mengurangi setidaknya 0,25% produk domestik bruto negara pada kuartal keempat. Ditambah dengan tekanan biaya hidup pada banyak rumah tangga juga akan meningkat.
Chalmers mengatakan bahwa anggaran federal minggu depan akan menyiapkan dukungan kepada masyarakat yang terkena dampak banjir. Dia meyakinkan penanganan bencana alam dan membangun ketahanan dalam perekonomian akan menjadi fokus utama.
"Banjir akan menyebabkan harga buah dan sayuran menjadi 8% lebih tinggi daripada kuartal sebelumnya. Itu diakibatkan dampak dari banjir yang sebelumnya telah merusak beberapa lahan pertanian utama kami," katanya.
Selain itu, tingkat pengangguran pada minggu ini masih berada pada angka 3,5% menambah permasalah di Australia. Karena hal ini menunjukkan, bahwa saat ini lebih banyak orang Australia telah kehilangan pekerjaan dibandingkan memperoleh pekerjaan dan menunjukkan bahwa ekonomi rentan terhadap perlambatan.
Saat ini warga Australia setidaknya harus mencari bantuan dari badan amal setempat untuk mendapatkan pasokan makanan. Setidaknya mereka juga harus mengeluarkan 100 dolar Australia (Rp 966 ribu) hingga 150 dolar Australia (Rp 1,45 juta) hanya untuk membeli beberapa tas belanjaan di supermarket Woolies.
Indonesia Bakal Kena Imbasnya?
Australia merupakan salah satu mitra dagang Indonesia. Pada tahun 2020-2021, Indonesia merupakan pasar ekspor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terbesar ke-4 di Australia berdasarkan nilai (sekitar A$ 2,9 miliar) atau tumbuh dari posisi ke-5 pada 2019-2021.
Sementara, untuk perdagangan dua-arah bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan antara Australia dan Indonesia bernilai A$ 4,07 miliar pada 2020-2021.
Jika lebih di rinci lebih lanjut, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai impor Indonesia dari Australia mencapai US$ 802,99 juta pada November 2021. Dengan demikian, secara akumulasi sepanjang Januari-November 2021, nilai impor Indonesia dengan mitra dagangnya tersebut mencapai US$ 8,31 miliar.
Produk pertanian dan pangan yang diimpor yakni biji gandum dan meslin (Harmonized System) merupakan kelompok barang dengan nilai terbesar yang diimpor dari Negeri Kanguru tersebut. Nilainya mencapai US$ 1,4 miliar sepanjang Januari-November 2021. Angka tersebut porsinya mencapai 16,81% dari total nilai impor.
Dilansir Reuters, hasil panen gandum di Australia yang dijadwalkan akhir tahun ini dikhawatirkan bakal turun kualitas. Jadi, jika masalah ini tak kunjung selesai maka Indonesia perlu waspada gandum akan langka atau mengalami kenaikan harga menyesuaikan dengan supply yang belum stabil karena kondisi tersebut.
Namun di sisi lain, Indonesia masih punya cara lain untuk mengatasi hal ini. Kondisi di Australia bisa jadi tidak memberikan dampak signifikan jika Indonesia masih bisa mengendalikan pasokan bahan baku utama dari negara lain.
Menjaga pasokan pangan di Tanah Air menjadi begitu penting dan wajib dilakukan pemerintah. monitoring ketersediaan dan harga harus rutin dilakukan. Selain itu, menjaga distribusi pangan agar tidak terjadi ketimpangan antardaerah di Indonesia. Sebab, ketimpangan pangan dapat mengakibatkan harga pangan ikut meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)