Internasional

Putin Ngeri! Jaringan Listrik Jadi Medan Perang-PLTA Diranjau

sef, CNBC Indonesia
Jumat, 21/10/2022 07:40 WIB
Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan Rusia masih terus terjadi di Ukraina. Terbaru, Rusia menyasar pembangkit listrik di negeri itu, dalam serangan udara dan drone, yang disinyalir Barat milik Iran.

Sekitar 30% pembangkit listrik di negara itu hancur dalam seminggu. Alhasil total 1.100 wilayah kini gelap gulita.

Ukraina pun sudah mengeluarkan pernyataan resmi agar warga membatasi penggunaan listriknya. Pemadaman bergilir akan dilakukan dan ini kemungkinan mempengaruhi akses air warga.


Dalam pernyataan terbaru di hadapan Dewan Uni Eropa (UE) Kamis (20/10/2022) malam waktu setempat, Presiden Ukraina menyebut pasukan Presiden Vladimir Putin, telah menjadikan jaringan listrik sebagai "medan perang".

"Kepemimpinan Rusia (Putin) telah memberikan perintah untuk mengubah sistem energi itu sendiri menjadi medan perang," katanya dikutip AFP.

"Konsekuensi dari ini sangat berbahaya, sekali lagi bagi kita semua di Eropa," tegasnya lagi.

Ia menyebut serangan Rusia terhadap fasilitas energi Ukraina ditujukan untuk menciptakan sebanyak mungkin masalah listrik dan panas bagi Ukraina pada musim gugur saat ini dan musim dingin nanti. Hal itu untuk membuat warga Ukraina meninggalkan negaranya.

"Rusia memprovokasi gelombang baru migrasi warga Ukraina ke negara-negara UE," tambah Zelensky.

Ia kembali menyerukan pasokan militer tambahan, termasuk pertahanan, ke negara-negara Benua Biru. Termasuk menyerang Moskow dengan hukuman ekonomi yang lebih berat.

Hancurkan PLTA

Sementara itu, dalam pidato di media sosial, Zelensky menyebut Rusia dilaporkan menanam ranjau di bendungan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di wilayah Kherson. Wilayah itu bereda di Ukraina selatan.

"Menurut informasi kami, agregat dan bendungan pembangkit listrik tenaga air Kakhovka ditambang oleh teroris Rusia," kata Zelensky Jumat dini hari.

"Jika bendungan itu hancur... Kanal Krimea Utara akan hilang begitu saja, dan ini akan menjadi bencana dalam skala besar," tambahnya.

Bendungan (PLTA) Kakhovka dibangun di sungai Dnieper. Saat ini, daerah itu berada di bawah kendali tentara Rusia dan tidak jauh dari garis kontak dengan pasukan Ukraina.

Hal sama juga ditegaskan penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak. Tujuan penghancuran PLTA itu adalah menghentikan kemajuan Ukraina dalam perang dan melindungi pasukan Kremlin.

"Rusia sedang mempersiapkan bencana buatan manusia," katanya dikutip dari AFP.

Respons Rusia

Rusia sendiri belum mengonfirmasi hal tersebut. Namun dalam beberapa hari terakhir, negeri itu mengevakuasi besar-besaran warga Kherson, salah satu dari empat wilayah Ukraina, yang dianeksasi dengan klaim kemenangan referendum bulan lalu.

Pihak berwenang yang ditempatkan di Moskow di Kherson mengatakan bahwa sekitar 15.000 orang telah dipindahkan.

TV Rusia Rossiya 24 menunjukkan gambar orang-orang yang menunggu untuk naik ke feri, karena tidak dapat menggunakan jembatan yang rusak oleh Ukraina.

Kemarin Putin sendiri mengumumkan darurat militer untuk wilayah tersebut, dan tiga wilayah lain yang dicaplok Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Luas dan cakupan belum dirinci Kremlin tetapi darurat militer umumnya memasukkan hak-hak sipil ke dalam kekuasaan militer.

Sementara itu, Kamis, Putin sendiri diketahui mengunjungi pusat pelatihan untuk memobilisasi pasukan di tenggara Moskow. Di mana ia memeluk tentara dan menembakkan senjata.

"Semoga berhasil," katanya.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: LA Bak Medan Perang - Putin Beri Syarat Damai