Seram! Baju Bekas Impor Membanjiri RI, Waspadai Penyakit Ini

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 October 2022 16:50
Pengunjung mencari pakaian second di Pasar Senen, Jumat, 15/10. Tren thrifting atau buru pakaian impor yang masih layak pakai berlanjut usai PPKM ketat akibat Corona mereda. Pasar Senen, Jakarta Pusat, merupakan salah satu tujuan yang paling banyak dipilih untuk thrift shop. Penampilan pasar yang semakin nyaman dan modern berkat peremajaan dan dibangun kembali pasca kebakaran pada April 2014 dan Januari 2017 lalu itu, membuat pengunjung betah berbelanja. Pengunjungnya mayoritas kalangan anak muda yang tampil gaya tanpa mengeluarkan banyak biaya, atau mereka yang mencari pakaian unik, branded dan tidak pasaran. Selain baju disini juga menjual sepatu branded second dan aksesoris lain. Harga yang dijual dari Rp20.000 hinggal Rp150 ribu bisa ditawar.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Pengunjung mencari pakaian bekas (Thrifting) di Pasar Senen. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Baju bekas impor semakin membanjiri pasar dalam negeri seiring makin naiknya tren thrifting (belanja pakaian bekas). Meski ilegal, namun penjualannya sudah semakin terang-terangan.

Tak lagi hanya di pasar tradisional, namun sudah merambah platform jual beli di media sosial seperti Tiktok.

Padahal, kata Plt. Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Veri Anggrijono, penggunaan pakaian bekas ini berpotensi menyebabkan terjangkit penyakit.

"Hasil penelitian lab, kita sudah lakukan pengujian di lab, hasilnya pakaian bekas itu mengandung virus. Itu akumulasinya bisa menimbulkan penyakit kulit. Saya imbau masyarakat, coba kita jadi masyarakat cerdas. Boleh murah tapi dilihat efeknya," katanya di perhelatan Trade Expo di ICE BSD, Rabu (19/10/2022).

Ia pun tidak menampik bahwa peredaran baju bekas ini sudah masif. Peredarannya dimulai dari pintu-pintu ilegal di lapangan.

"Berdagang baju bekas belum ada larangan, yang larangannya itu proses importasinya. Itulah kita perlu kolaborasi dengan kementerian/ lembaga lain. Kita paham, tahu pintu-pintu masuk sudah banyak. Kita secara berkala melakukan pengawasan. Memang pelaku usaha yang nakal ini sangat mengganggu, khususnya industri lokal garmen kita karena ga bisa bersaing lah," kata Veri.

"Impor dari jalur tikus teridentifikasi dari wilayah timur sekarang, tadinya Sumatera, Tanjung Balai. Sekarang di wilayah timur, Nusa Tenggara, Manado," ujar Veri.

Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, penyebaran produk ini sudah sangat masif, bahkan hingga ke wilayah-wilayah terpencil.

"Sekarang sudah sampai kabupaten-kabupaten, banyak banget, di kota-kota kecil di Jawa, bukan hanya ibu kota seperti Semarang. Di Jawa Barat seperti Garut, Tasikmalaya sudah ada tokonya. Di Bekasi second branded clothing, kaya nama toko, tapi pakaian bekas," kata Redma kepada CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Zulhas Bakar Baju Segudang, Nilainya Miliaran! Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular