
Bukan dengan RI, Gas Greater Sunrise Bakal Digarap Negara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua negara tetangga RI, Australia dan Timor Leste, akan bekerja sama untuk proyek gas Greater Sunrise. Langkah ini diambil sebagai jalan tengah dalam mengembangkan ladang gas kedua negara.
Namun, Australia dan Timor Leste sendiri belum mencapai kesepakatan ke mana akan menyalurkan gas. Apakah ke pabrik gas alam cair (LNG) baru di Timor Leste atau ke pusat LNG yang ada di Darwin di utara Australia, seperti yang disukai oleh operator proyek, Woodside Energy.
Dua ladang yang membentuk Greater Sunrise ditemukan di perairan antara Timor Timur dan Australia pada tahun 1974. Ladang ini menyimpan sekitar 5,1 triliun kaki kubik gas dan 226 juta barel kondensat, sejenis minyak mentah ringan yang biasanya ditemukan dengan gas.
Pengembangan proyek ini pertama kali terhenti oleh sengketa batas laut keduanya terjadi. Namun hal itu diselesaikan pada tahun 2018.
"Australia menginginkan pengembangan proyek yang layak secara komersial, mendukung pertumbuhan ekonomi Timor Leste dan memaksimalkan manfaat bagi semua pihak," kata Menteri Luar Negeri Penny Wong dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Rabu (19/10/2022).
Diketahui, Australia juga menunjuk mantan perdana menteri negara bagian Victoria, Steve Bracks, sebagai perwakilan khusus proyek ini. Bracks akan mewakili Pemerintah Australia dan berkonsultasi dengan Pemerintah Timor-Leste dan pemangku kepentingan utama lainnya, termasuk Sunrise Joint Venture.
"Bracks disebut memiliki pengetahuan mendalam tentang Timor Timur dan hubungan dekat dengan rakyat dan pemimpinnya sebagai hasil dari kedekatannya selama bertahun-tahun," kata Wong.
Pada kunjungan ke Australia bulan lalu, Presiden Jose Ramos-Horta mendesak Canberra untuk mendukung jalur pipa ke Timor Leste. Ia sempat menandai Indonesia, Korea Selatan (Korsel), Jepang dan China sebagai calon investor di Greater Sunrise.
Proyek ini adalah kunci bagi masa depan Timor karena sumber pendapatan utamanya, ladang minyak dan gas Bayu Undan, akan berhenti berproduksi akhir tahun ini. Hak itu membuat bekas provinsi RI itu hampir sepenuhnya bergantung pada dana minyaknya yang saat ini bernilai US$18 miliar.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Isu Panas, RI Bakal Garap 'Harta Karun' Timor Leste